Sholat Khusyuk

Tanya :

Pak Arman, apa itu khusyuk ?

Jawab :

Menurut hemat saya,  kata-kata khusyuk tidak hanya berkaitan dengan sikap teknis yang thuma’nina  didalam melakukan sholat saja, akan tetapi istilah khyusuk ini berkaitan pula  dengan aplikasi sholat itu sendiri diluar waktunya.

Sebab tujuan sholat itu  sendiri berdasarkan al-Qur’an adalah :

29-45

Sesungguhnya Sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar – Qs. 29 al-Ankaabut : 45


Artinya sholat itu adalah menjadi control of action kita sehari-hari dimanapun dan kapanpun kita berada., Ritualitas sholat dinyatakan didalam al-Qur’an pada ayat tersebut sebagai suatu sarana atau wadah untuk mengontrol perbuatan negatif yang seringkali mendominasi diri manusia. Dengan terjalinnya komunikasi yang baik dengan Tuhan secara vertikal maka diharapkan secara horisontalpun manusia mampu berbuat baik kepada sesamanya bahkan lebih jauh kepada semua hamba Tuhan diluar dirinya.
Karena itulah Allah menyuruh kita untuk menjaga sholat-sholat kita :


Dan orang-orang yang memelihara sholatnya -Qs. 23 al-Mu’minuun : 9


Namun fakta dilapangan juga membuktikan bahwa banyak orang Islam yang rajin melakukan sholat namun kelakuan dan sifatnya justru tidak sesuai dengan kehendak Tuhan yang ada pada surah al-Ankabut ayat 45 tadi, betapa banyak orang yang kelihatannya rajin sholat namun tetap bergunjing, melakukan zinah, pelecehan seksual, bahkan bila dia seorang penguasa yang memiliki jabatan akan memanfaatkannya untuk menganiaya orang lain, melakukan penindasan, korupsi bahkan sampai pada pembunuhan dan peperangan. Inilah contoh manusia yang telah lalai dalam sholat mereka.


Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang sholat, Yaitu orang-orang yang melalaikan sholatnya Qs. 107 al-maa’uun : 4-5


Bila sudah seperti ini, maka kita patut memperhatikan firman Allah yang lain :


Luruskan mukamu di setiap sholat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan keta’atanmu kepada-Nya  – Qs. 7 al-a’raaf 29


Dari ayat tersebut, Allah hendak menyampaikan kepada manusia bahwa sholat itu memerlukan sikap lahir dan batin yang saling berkolerasi atau berhubungan. Meluruskan muka adalah memantapkan seluruh gerakan anggota tubuh dan menyesuaikannya dengan konsentrasi jiwa menghadap sang Maha Pencipta alam semesta. Disaat mulut membaca al-Fatihah, hati harus mengikutinya dengan sebisa mungkin memahami secara luas arti al-Fatihah sementara pikiran berkonsentrasi dengan gerak mulut dan hati, inilah keseimbangan yang di-istilahkan dengan khusuk dalam ayat berikut :


Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, Yaitu orang-orang yang khusuk dalam sholatnya – Qs. 23 al-mu’minuun : 1-2


Jadi, khusuk adalah suatu perbuatan yang menyeimbangkan gerak lahir dan batin, sehingga terciptalah suatu konsistensi ketika ia diterapkan dalam kehidupan nyata, sesuai dengan komitmen yang dilafaskan dalam do’a iftitah :


Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam – Qs.  6 Al-An’am:162


Sebaliknya, kita disebut lalai dan menjadi celaka manakala sholat itu sama sekali tidak berimplikasi terhadap kehidupan.


Celakalah bagi orang-orang yang sholat, yaitu yang melalaikan sholatnya -Qs. 107 al-Maa’un : 4-5

Lalai tidak hanya dalam sikap tetapi juga tidak mengerti dan tidak menjadi realisasi dilapangan.

Sehingga dengan demikian, khusyuk itu ada tingkat atau jenjang-jenjangnya dan bagian-bagiannya. Yaitu ada khusyuk dalam bentuk teknis ibadat, ada khusyuk dalam bentuk aplikasi ibadat seperti yang saya sampaikan diatas. Nah untuk khusyuk dalam bentuk teknis, saya melihat ini sebagai pengejahwantahan atas apa yang terucap dimulut dan pembenaran dihati. Khusyuk bukan hilang kesadaran, bukan pula tuli dan tidak mendengar namun bukan juga asal keluar ayat dari lisan kita.


Demikian pendapat saya secara singkat,

ARMANSYAH

Dalil Puasa Syawal

Dari Abu Ayyub :  “Rasulullah Saw bersabda: Siapa yang berpuasa Ramadhan dan melanjutkannya dengan 6 hari pada Syawal, maka itulah puasa seumur hidup’.” (HR. Muslim 1984, Ahmad 5/417, Abu Dawud 2433, At-Tirmidzi 1164)

Cinta Dunia-Takut Mati

Telah berkumpul umat-umat untuk menghadapi kalian, sebagaimana orang-orang yang makan berkumpul menghadapi piringnya’. Mereka berkata : Apakah pada saat itu kami sedikit wahai Rasulullah ? Beliau menjawab : ‘Tidak, pada saat itu kalian banyak, tetapi kalian seperti buih di lautan, dan Allah akan menghilangkan rasa takut dari dada-dada musuh kalian kepada kalian, dan Allah akan menimpakan pada hati kalian penyakit Al-Wahn’. Mereka berkata : Apakah penyakit Al-Wahn itu wahai Rasulullah?. Beliau menjawab :’Cinta dunia dan takut akan mati”. [Haadits Shahih, diriwayatkan oleh Abu Daud (4297), Ahmad (5/287), dari hadits Tsaubah Radhiyallahu anhu, dan dishahihkan oelh Al-Albani dengan dua jalannya tersebut dalam As-Shahihah (958)]