Tawaran Naskah u/. Buku ke-4

Assalamu’alaykum Wr. Wb.,

Di-informasikan kepada rekan-rekan penerbit sekalian, khususnya yang bergerak dibidang penerbitan buku-buku ke-Islaman. Bersama ini saya ingin menawarkan naskah terbaru untuk dipelajari oleh anda sekaitan dengan buku ke-4 saya. Naskah ini sementara saya beri judul : “Mencari Allah dibalik Mitos dan Tradisi : Dari Yasinan, Politik hingga Islam Liberal“.

Bagi teman-teman penerbit yang tertarik untuk mempelajarinya, silahkan mengirimkan kealamat email saya di bukuarman@live.com

Berikut sepintas kata pengantar dari naskah ini :

MENCARI ALLAH DIBALIK MITOS DAN TRADISI

Dari Yasinan, Politik hingga Islam Liberal

Oleh : Armansyah

Kata Pengantar

Wacana bahwa Islam merupakan cara Tuhan mengatur kehidupan manusia agar bertingkah laku lebih baik diatas kefanaan dunia ini dalam korelasinya terhadap eksistensi Tuhan itu sendiri maupun hubungan terhadap sesamanya sama sekali tidak menyalahi kaidah-kaidah agama yang ada. Tidak pula bertentangan dengan ide-ide luhur ilmu sosial dan kemasyarakatan yang majemuk. Akan tetapi ketika selanjutnya nilai integralisasi Islam dan kehidupan hanya tinggal wacana diatas kertas dan lisan tanpa praktek realisasi dilapangan sehingga menimbulkan ketegangan antar para pemeluknya, Islam mulai menjadi multi tafsir. Nash-nash yang secara jelas memberikan rambu-rambu perintah, larangan maupun kebebasan berekspresi akhirnya lebih banyak disalah artikan sesuai dengan kelompok-kelompok yang timbul dari perselisihan internal tadi.

Bermunculanlah ketua madhzab a, b, c dan seterusnya dengan beragam pandangan serta pola keberagamaan mereka masing-masing. Timbul pembagian dalam pemeluk Islam tersebut dengan kategori Islam kanan dan Islam kiri, Islam fanatik dan Islam abangan, Islam eksteme dan Islam demokrat dan berbagai istilah lainnya yang sejenis. Pada masa lampau, ketegangan sering terjadi antar para pengikut Imam Madzhab yang saling menyatakan diri mereka pemegang kebenaran tunggal dalam agama. Masing-masing kelompok sibuk menyalahkan kelompok diluarnya, tidak jarang imbas diakar rumput menjadi saling menyesatkan dan bahkan saling mengkafirkan.

Ketika Islam menyeberang keberbagai wilayah dipenjuru dunia ini dan berhadapan dengan adat istiadat berbeda dari para mualafnya yang baru. Pada titik ini, Islam sering dihadapkan pada pilihan yang sulit. Karena sebagai produk baru yang notabene asing ia mendapat banyak perlawanan dari kebudayaan dan tradisi yang sudah lebih dulu membumi termasuk dengan beragam pernak-pernik mitos yang berkembang.

Pengertian dari Tradisi sendiri menurut Ensiklopedi Britannica adalah kumpulan dari kebiasaan, kepercayaan dan berbagai praktek yang menyebabkan terjaganya suatu kebudayaan, peradaban atau komunitas sosial yang membentuk pandangan hidup[1]. Tidak semua tradisi adalah buruk dan bertentangan dengan Islam, namun tidak sedikit juga yang harus mendapat koreksi sekaitan dengan nilai-nilai asasi monotheismenya.

Sedangkan arti dari mitos adalah cerita, kisah atau isu tentang manusia atau makhluk luar biasa pada jaman dahulu kala yang dianggap oleh sebagian kelompok dimasyarakat sebagai kisah yang telah benar-benar terjadi dan melakukan perendahan terhadap cerita-cerita maupun isu tersebut diyakini akan membuahkan suatu peristiwa buruk bagi pelakunya.

Dimasa-masa itu, mubaligh-mubaligh Islam dari berbagai madzhabnya kemudian secara umum memilih untuk mencari solusi win-win solution agar Islam bisa diterima ditengah masyarakat secara wajar dan tanpa kekerasan. Karenanya kita lalu mengenal cerita-cerita para wali dengan beragam metodenya dalam berdakwah. Ada yang mencoba memasukkan nilai dan falsafah Islam kedalam bentuk seni seperti lagu, tari dan wayang. Ada pula yang memilih menyatukan unsur sufisme Hindhu, Budha, kejawen maupun animisme lainnya melalui nilai mistik Islam dan seterusnya.

Akar kebudayaan pada agama dan kepercayaan lama yang kemudian diadopsi untuk kepentingan dakwah Islam bergulir dari hari kehari dan berurat akar atau menjadi tradisi baru disebagian besar lapisan masyarakat, termasuk di Indonesia. Karenanya saat ini kita sering dibingungkan oleh sejumlah tradisi mungkar yang diatasnamakan kepada Islam seperti pelarungan kepala kerbau dilautan, ritual sajen pada penguasa gunung merapi, memandikan keris dibulan suro, ruwahan dan sejenisnya termasuklah misalnya upacara mandi kembang tujuh warna, mengkeramatkan tempat-tempat seperti kuburan, pepohonan tertentu atau juga mengkuduskan kharisma seorang ulama dan wali tertentu.

Pada masa-masa modern sekarang, tantangan yang dihadapi oleh Islam atas kemurnian ajarannya semakin kompleks dan beragam. Tidak hanya harus menyelesaikan hutang pelurusan akidah para mubaligh dan wali Islam dimasa lalu semata atas banyak tradisi mungkar tetapi juga harus mampu bertahan dari gempuran arus tradisi baru dari barat seperti serangan pemikiran, liberalisasi, pornografi, pornoaksi, hidup serumah tanpa ikatan pernikahan, doa bersama sampai penginjilan oleh para missionaris agama Kristiani. Islampun dituntut untuk mampu menangkis klaim-klaim yang dilontarkan oleh sejumlah oknum individu muslimnya yang mengaku mendapat mandat baru dari Tuhan sebagai Nabi atau Rasul baru ditengah umat Islam. Sebagaimana contohnya ada pada kasus Mirza Ghulam Ahmad melalui Ahmadiyahnya, Lia Aminudin melalui God Kingdom Edennya atau Ahmad Musaddiq melalui Al-Qiyadah Al-Islamiyahnya[2].

Komplektisitas tradisi dan mitos yang harus dihadapi oleh Islam ini membuahkan cita-cita pengaplikasian ajaran Islam secara total dalam kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya dibumi Indonesia yang penduduknya sampai hari ini diklaim sebagai mayoritas Muslim terbesar didunia.

………………………………..



[1] The New Encyclopedia Britannica, Vol X.

[2] Lihat Buku : Armansyah, Jejak Nabi Palsu : Dari Mirza Ghulam Ahmad, Lia Aminuddin hingga Ahmad Musaddiq, Hikmah, 2007

Armansyah


Penulis buku :
Rekonstruksi Sejarah Isa Al-Masih
Sebuah pelurusan sejarah & Jawaban untuk Dinasti Yesus
Penerbit Restu Agung, 2008

Jejak Nabi “palsu”
Dari Mirza Ghulam Ahmad, Lia Aminudin hingga Ahmad Musaddiq
Penerbit Hikmah (Mizan Publika), 2007

Ramalan Imam Mahdi
Akankah ia datang pada 2015 : Sebuah Jawaban untuk Jaber Bolushi
Penerbit Serambi, 2008