Bassiru wala tunaffiru wayassiru wala tu’assiru

Agama itu bukan sesuatu yang bersifat kaku dan bukan pula ajaran tua yang tak dapat membaur dengan perkembangan jamannya. Tidak ia menjadikan pengikutnya sebagai orang yang senantiasa bergelut dengan kebudayaan klasik dan menafikan seluruh kemajuan serta dinamisme peradaban. Al-Qur’an sangat mengapresiasi akal dan orang-orang yang mau mengoptimalkan penggunaannya. Aturan agama bukan aturan yang bersifat dogmatis tanpa penjelasan rasional dibaliknya. Hanya sayangnya beberapa orang menjadikan agama ini sebagai suatu ajaran yang penuh dengan kekakuan, dogmatis dan sarat dengan aturan yang memberatkan sehingga membuat banyak orang melihat agama bak ajaran langit yang hanya diperuntukkan bagi makhluk-makhluk langit saja. Agama terlalu suci untuk manusia yang merupakan makhluk bumi. Agama menjadi tidak bersahabat dengan jaman.

Pada akhirnya kenyataan itu justu oleh para pembangkangnya dibuatlah agama berjarak dengan ilmu politik praktis, ilmu ekonomi, ilmu sejarah, ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu biologi, ilmu komputer, ilmu pendidikan dan lain sebagainya. Agama tak perlu dikaitkan dengan ilmu-ilmu dunia atau perilakunya. Agama cukuplah urusan sholat, puasa dan haji saja. Ya cukuplah urusannya dimasjid sajalah atau urusannya para orang tua yang sudah siap-siap menjemput ajalnya.

Sementara disisi lain ada orang yang dengan bangganya memahami nash-nash agama secara dogmatis dan ekstrim, ia memandang nash agama murni secara hitam putih dan tekstual. Semua yang berseberangan dengan pemahamannya akan dianggap salah, batil dan sesat. Tidak bercelana cingkrang, tidak berjubah putih atau bersorban langsung dianggap tidak nyunnah. Semua hal yang baru dijustifikasi sebagai hal yang bid’ah tanpa nilai tawar dan pelakunya sesat serta menyesatkan hingga ia layak ada dineraka.

Padahal ajaran Islam itu adalah ajaran yang penuh rahmat, ajaran cinta, ajaran kemudahan dan ajaran intelektualitas. Lihatlah bagaimana pesan-pesan Nabi pada para sahabatnya berikut:

Shahih Bukhari 3996: Telah menceritakan kepada kami Musa Telah menceritakan kepada kami Abu Awanah Telah menceritakan kepada kami Abdul Malik dari Abu Burdah katanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus Abu Musa dan Mu’adz bin Jabal ke negeri Yaman. Dan beliau utus keduanya pada lokasi yang berbeda -sekalipun satu negara, Yaman- sebab Yaman ketika itu dibagi dua negara bagian, kemudian Nabi berpesan: “Tolong kalian permudah, jangan kalian persulit, berilah kabar gembira, jangan kalian jadikan masyarakat alergi (terhadap agama).”

Sunan Abu Daud 4195: Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah berkata, telah menceritakan kepada kami Buraid bin Abdullah dari kakeknya Abu Burdah dari Abu Musa ia berkata, “Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ingin mengutus salah seorang sahabatnya atas suatu urusan, beliau berpesan: “Buatlah gembira dan jangan kalian buat lari, mudahkan dan jangan kalian buat sulit.” | Bassiru wala tunaffiru wayassiru wala tu’assiru | Make it easy (don’t make it hard), make it pleasant (spread good news not bad), don’t frighten.

Musnad Ahmad 21975: Telah menceritakan kepada kami Waki’ telah menceritakan kepada kami ‘Uyainah bin ‘Abdur Rahman dari ayahnya dari Buraidah Al Aslami berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hendaklah kalian mengamalkan agama dengan tenang dan sewajarnya, karena orang yang berlebih-lebihan terhadap agama ini pasti akan dikalahkan olehnya.

Lalu ketika umat menjadi masa bodoh dengan agamanya, siapa yang harus disalahkan atau bertanggung jawab? Jika kemudian umat berhasil diadu domba, dimurtadkan serta diliberalisasikan…. siapa yang akan dengan rendah hati mengakui bila itu memang kesalahannya?

Maaf jika status ini mungkin sedikit berbeda dari sebelumnya, sesekali kita harus berani meninggalkan zona nyaman kita dan beralih kepada sesuatu yang menjadi brainstorm kita. Jangan mudah menyalahkan orang yang berbeda pemahaman dengan kita secara terburu-buru. Belajar untuk arif dan penuh keluasan ilmu serta wawasan. Laut itu sangatlah luas terbentang. Air yang kita lihat disungai atau dimata air pegunungan hanya sedikit contoh wujud dari eksistensi air dibumi namun ia tidaklah tepat dijadikan sampel secara umum untuk melukiskan keluasan laut diseluruh permukaan bumi.

Salam dari Palembang Darussalam.
08 April 2015.
Armansyah, M.Pd

Original Posted : FB