Gap antara Thibbun Nabawi dan Medis Modern

Medis modern akan angkat tangan bila kita bicara adzan atau bacaan ayat Quran dapat menyembuhkan penyakit. Sebab memang basic keilmuan medis modern adalah sains yang menuntut pembuktian hasil uji lab.

Science is organized knowledge obtained by observation and testing of fact.

Kita harus maklum itu. Makanya bila kita bicara tentang hal-hal menyangkut thibbun nabawi seringnya seakan ada semacam gap dengan para medis.

Tak perlu dipertentangkan dengan tajam.

Sekali lagi kita mesti maklum.

Sebab sains modern sekarang ini sudah terlepas dari bahasan hakekat filsafatnya. Beda dengan awal ilmu pengetahuan diperkenalkan pada era Ibnu Sinna, Al-Khawarizmi, Al-Biruni, Abu Musa Jabbir, Al-Battani, Ibnu Khaldun, Ibnu Qoyyim dan lain-lain yang tetap melekatkan semua pengetuan pada konsep asal ketuhanan atau syare’at.

Sebab faktanya didunia ini ada begitu banyak hal yang sampai detik ini masih menjadi misteri tak terpecahkan oleh sains modern apalagi untuk dijawab secara uji lab.

Bukankah dalam surah Al-Kahfi sudah disebutkan bahwa andai lautan dibumi ini menjadi tinta untuk menuliskan ilmunya Allah niscaya tak akan pernah cukup meski lautan sebanyak itu diadakan lagi.

Silahkan baca kitab-kitab musnad dan sirah, akan kita temukan disana banyak sekali cerita bagaimana bacaan ayat al-Quran –diluar therapi bekam dan semisalnya– dapat menyembuhkan sengatan kalajengking, sakit kepala dan lain-lain.

Bagaimana mengujinya secara lab? Tak bisa. Sebagaimana sains modernpun bahkan tak mampu melakukan uji lab terhadap wujud Allah, malaikat atau Jin.

Makanya seorang stephen hawking yang ilmu fisikanya dianggap hebat pada akhirnya tak percaya pada keberadaan Tuhan semesta alam.

Berbeda dengan Einstein dan Newton yang tetap memberi ruang iman dalam intelejensianya.

Armansyah