Bapak, selamat jalan

Bapak, selamat jalan. Do’a kami menyertaimu …


Itulah untaian kalimat terakhir yang diucapkan oleh Siti Hardijanti Rukmana
alias Mbak Tutut, putri tertua Jendral Soeharto, saat memberikan ucapan
perpisahan dan kata sambutan mewakili pihak keluarga pada acara pemakaman
sang ayah.

Soeharto, beliau memang pantas dipanggil sebagai Bapak.
Tidak hanya bagi putra dan putri beliau, tetapi juga oleh semua anak bangsa
dinegeri ini.
Pengabdiannya pada negara sudah berulang kali dibuktikannya baik secara
fisik maupun dalam bentuk pembangunan.
Hutang luar negeri Indonesia, itu juga salah satunya untuk menjadikan negara
ini tetap berada dalam kondisi perekonomian yang stabil dan rakyat tidak
terlalu terbebani sandang maupun pangannya. Walau katakanlah, banyak dari
bantuan luar negeri itu disalah gunakan atau masuk kekantong kroni-kroninya,
namun tidak bisa dipungkiri, sedikit atau banyaknya, uang tersebut juga
memang disalurkan untuk bangsa kita ini.

Sebagai seorang bapak, Soeharto sudah banyak memberikan keteladanan bagi
kita anak-anak bangsa.
Usia Soeharto, sama seperti usia almarhum orang tua kami. Mereka sama-sama
lahir ditahun 1921, hanya Soeharto mungkin lebih beruntung, karena beliau
bisa hidup sampai tahun 2008 sementara orang tua kami wafat ditahun 2000
lalu.

Hukum dunia dan negara, sudah bukan waktunya lagi untuk dibahas apalagi
dituntut pada diri seorang Soeharto.
Masanya sudah lewat, jasadnya sudah terkubur kaku didalam rengkuhan tanah
Astana Giribangun di Solo.
Biarlah kita serahkan masalah ini kepada Allah Yang Maha Gagah dan Maha
Adil.
Jika ada sejarah yang mungkin pernah tertutupi kebenarannya dimasa Jendral
Soeharto berkuasa, saatnya sekarang, silahkan saja untuk dibuka tanpa perlu
merasa ada ketakutan terhadap titah sang Jendral berbintang lima ini. Tentu
dalam batasan-batasan yang patut untuk dibicarakan sesuai garis-garis yang
telah ditetapkan oleh Allah.

Bapak, selamat jalan …
Soeharto memang sedang dalam perjalanan panjangnya saat ini
Perjalanan panjang menuju kepengadilan ilahi
Perjalanan panjang dalam menantikan tibanya masa penghisaban digilirkan atas
dirinya
Perjalanan panjang untuk menuai kebaikan maupun kesalahannya selama didunia

Semoga amal ibadah jariyahnya terhadap sesama manusia, bakti dan sujudnya
kepada Allah bisa membantu meringankan apa yang pernah beliau lakukan dimasa
lalu berupa dosa.

Akhirnya, dengan kejadian wafatnya mantan Presiden Soeharto ini, semoga bisa
memberikan pembelajaran yang arif bagi kita semua. Baik dalam hal kebaikan
terhadap sesama makhluk Tuhan maupun dalam hal ketakwaan kepada Allah Azza
Wajalla.

Pak Harto,
Terimakasih atas jasa-jasamu pada negara ini.


Salamun ‘ala manittaba al Huda

ARMANSYAH
http://armansyahskom.wordpress.com
http://www.penulis-indonesia.com/armansyah/blog/
http://armansyah.swaramuslim.net
https://arsiparmansyah.wordpress.com
http://rekonstruksisejarahisaalmasih.wordpress.com
http://jejaknabipalsu.wordpress.com/

Akhir kehidupan sang Jendral

Akhir kehidupan sang Jendral
Oleh : Armansyah

Sang Jendral besar akhirnya menutup mata.
Soeharto, the Untouchable man akhirnya tidak benar-benar bisa untuk tidak tersentuh oleh hukum.
Bagaimanapun, dia hanyalah seorang makhluk yang memiliki penguasa dan pencipta. Kemakhlukannya itulah yang membuat seorang Soeharto tidak dapat melepaskan diri dari hukum-hukum yang sudah diberlakukan sang Khaliq Yang Maha Gagah.
Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah  (QS. An-Nisa 4:108)

Kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindungpun bagi mereka selain daripada-Nya; dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan”. (QS. Al-Kahfi 18:26)

Betapapun banyaknya celaan ditujukan pada dirinya, sebagai seorang pejuang dan mantan pemimpin bangsa yang pernah mensejahterakan kehidupan mereka, Soeharto tetap layak mendapatkan penghormatan.

Bersama ini, maka saya atas nama pribadi dan keluarga mengucapkan “Innaa lillahi wa innaa ilaihi rooji’uun” atas wafatnya bapak Soeharto, pada hari Minggu 27 Januari 2008 Masehi. Semoga apa-apa yang menjadi amal salehnya selama hidup didunia ini, bisa bermanfaat untuk kemaslahatan beliau dalam mempertanggung jawabkan kekhalifahan yang pernah dititipkan oleh Allah dihari pengadilan kelak.

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS. Ali Imran 3:185)

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang dahsyat). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS. Al-Anbiyaa 21:35)


Salamun ‘ala manittaba al Huda

ARMANSYAH
http://armansyahskom.wordpress.com
http://www.penulis-indonesia.com/armansyah/blog/
http://armansyah.swaramuslim.net
https://arsiparmansyah.wordpress.com
http://rekonstruksisejarahisaalmasih.wordpress.com
http://jejaknabipalsu.wordpress.com/

Fenomena Soeharto

Ada yang bersimpati, ada yang menangisi, ada yang mendo’akan, ada yang mencaci maki, ada yang sekedar membenci dan lain sebagainya. Semua itu tertuju pada satu orang yang saat ini sedang terbaring lemah tiada daya dan tiada tenaga disalah satu Rumah Sakit besar di Jakarta.

Satu orang itu, tidak lain dari Soeharto.
Seorang mantan Presiden yang pernah berkuasa selama kurang lebih 32 tahun disebuah negeri adidaya nan gemah ripah loh jinawi yang bernama Indonesia. Konon penduduk Indonesia itu dulunya 99% muslim, sayang saat ini jumlah tersebut berangsur-angsur mulai berkurang dan terus merosot. Baik disebabkan oleh mereka yang berpindah keyakinan menjadi penyembah berhala yang diatasnamakan Ketuhanan Maha Esa atau juga mereka yang memilih berkiblat pada “ajaran-ajaran minoritas” serta liberal.

Soeharto, dari usianya yang lanjut, tidak berlebihan bila disebut sebagai salah satu bapak bangsa Indonesia.
Pada masa kekuasaannya, banyak kemakmuran dicapai, harga-harga bahan pokok serba murah, BBM paling tinggi seharga tujuh ratus rupiah bahkan termasuk dollar Amerikapun berkisar dalam batas angka dua ribu sampai dua ribu limaratusan rupiah.

Soeharto, melalui orang-orang terdekatnya dalam yayasan-yayasan yang didirikannya, telah ikut mendirikan berbagai masjid disetiap kota dan pelosok negeri, konon idenya dahulu adalah membangun 1000 masjid.

Dimasanya, tidak ada demonstrasi, tidak ada hujat menghujat, tidak ada isu sekterianisme, isu nabi-nabi palsu atau peperangan antar agama.

Sebenarnya bukan tidak ada, bila saja kita mau jujur dengan sejarah, semua itu ada tetapi tidak banyak muncul kepermukaan ! Karena sang Jendral berbintang lima ini dengan cepat meredam semua gejolak yang membahayakan pemerintahannya itu.

Bangsa ini sempat populer dengan istilah Petrus yang merupakan singkatan dari Penembak Misterius.
Orang-orang tertentu yang vokal pada hari ini, besok siang tahu-tahu hilang dan ditemukan mayatnya disuatu tempat telah tewas tertembak.

Soehartokah dalangnya ?
Entahlah, hanya Allah saja yang Maha Tahu.
Berbicara tanpa bukti hanya akan membuat diri menjadi terjebak kedalam suatu masalah baru.

Peristiwa penumpasan DI/TII, Malari, Tanjung Priok dan lain sebagainya … setidaknya juga terjadi pada masa pemerintahan Soeharto. Termasuk tragedi Trisakti menjelang keruntuhan kekuasaannya tahun 1998 lalu.

Sejak beliau turun jabatan dari Presiden menjadi orang biasa, hukum tetap tidak bisa menyentuhnya.
Benar, hukum dapat berperan dalam menjerat Tommy Soeharto putranya.
Tapi hukum menjadi bisu saat berhadapan dengan sang mantan Presidennya sendiri.
Sebut saja mulai dari eranya kepresidenan Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati dan sekarang SBY.
Atau MPR mulai dari Amien Rais sampai Hidayat Nurwahid.

Hari ini, sejak beberapa pekan lalu persisnya.
Tokoh Orde Baru yang penuh kharisma itu dikabarkan sakit parah.
Sempat pula disebut kritis dan koma, tidak tanggung-tanggung Astana Giri Bangun juga telah dipersiapkan untuk pemakamannya.

Puluhan wartawan dari berbagai media berharap-harap cemas menunggu kabar tentang sang Jendral.
Jutaan, puluhan juta atau mungkin sudah milyaran uang dibayar demi mengembalikan kesehatan seorang Soeharto.

Banyak kolega, kawan atau bahkan orang-orang yang memusuhinya menyambanginya dirumah sakit.

Sekali lagi, Soeharto memang punya kharisma.
Bukan satu atau dua kali Trans7 menyiarkan liputan dokumentasi tentang Soeharto dimasa jayanya, demikian juga RCTI dan bahkan GlobalTV. Semua seolah berebut menayangkan sosok kehebatan dan kekharismatikan suami almarhumah Ibu Tien itu.

Ada celoteh kecil diruang tivi keluarga manakala menonton komentar sejumlah toko spiritual tentang nyawa berlapis dari Soeharto, bila sebenarnya sang tokoh tertangguhkan kematiannya bukan karena susuk anu atau jimat anu atau pernah bertapa dianu, melainkan karena memang Allah belum menghendaki ketentuan itu berlaku saat sekarang ini.

Aneh, Orang-orang yang ilmu agamanya campur aduk dengan ilmu-ilmu klenik kok dimintai keterangan tentang ajal ?

Kita tidak tahu apa rahasia ilahi dibalik semua kejadian ini, atau katakanlah kita baru sebatas bisa menebak-nebak saja. Bagaimanapun pasti ini ada kaitannya dengan dosa-dosanya dimasa lalu ketika masih berkuasa.

Paling tidak yang paling kecil, dosa-dosa pemaksaan pengambil alihan tanah rakyat kecil di Tapos bisa kita angkat kepermukaan seperti liputan disalah satu televisi swasta beberapa waktu lalu. Belum lagi yang lainnya yang pasti ada dan dibuat.

Tarik ulur jiwa Soeharto, bisa jadi merupakan siksaan tersendiri bagi sang jendral.
Betapa tidak, tubuhnya dihujani berbagai alat medis dan obat-obatan kimiawi sepanjang waktu.
Soeharto sekarang sebenarnya sedang menderita.
Dan kita layak prihatin serta merasa iba kepadanya atas dasar kemanusiaan.

Tetapi itulah pilihan.
Hidup ini punya banyak cabang dan ranting takdir.
Soeharto sudah memilihnya, dan kitapun sedang memilih pilihan kita sendiri.
Apakah akan menjadi seorang penghujat, seorang pembenci, seorang simpatisan atau apa ….

Allah adalah hakim yang sebaik-baiknya
Dia selalu punya cara tersendiri dalam menjalankan hukum-hukumNya