Islam KAFFAH

Islam Kaffah
Oleh : Armansyah

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu semuanya kedalam Islam secara kaffah, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya dia itu musuh yang nyata bagimu.”
(Qs. al-Baqarah 2:208)

Ayat diatas merupakan seruan, perintah dan juga peringatan Allah yang ditujukan khusus kepada orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang mengakui Allah sebagai Tuhan satu-satunya dan juga mengakui Muhammad selaku nabi-Nya agar masuk kedalam agama Islam secara kaffah dan agar mau melakukan intropeksi diri, sudahkah kita benar-benar beriman didalam Islam secara kaffah ?

Allah memerintahkan kepada kita agar melakukan penyerahan diri secara sesungguhnya, lahir dan batin tanpa syarat hanya kepada-Nya tanpa diembel-embeli hal-hal yang bisa menyebabkan ketergelinciran kedalam kemusryikan.

Bagaimanakah jalan untuk mencapai Islam Kaffah itu sesungguhnya ?
al-Qur’an memberikan jawaban kepada kita :

“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling darinya, padahal kamu mengerti.”
(Qs. al-Anfaal 8:20)

Jadi Allah telah menyediakan sarana kepada kita untuk mencapai Islam yang kaffah adalah melalui ketaatan kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya serta tidak berpaling dari garis yang sudah ditetapkan.

Taat kepada Allah dan Rasul ini memiliki aspek yang sangat luas, akan tetapi bila kita mengkaji al-Qur’an secara lebih mendalam lagi, kita akan mendapati satu intisari yang paling penting dari ketaatan terhadap Allah dan para utusan-Nya, yaitu melakukan Tauhid secara benar.

Tauhid adalah pengesaan kepada Allah.
Bahwa kita mengakui Allah sebagai Tuhan yang Maha Pencipta yang tidak memiliki serikat ataupun sekutu didalam zat dan sifat-Nya sebagai satu-satunya tempat kita melakukan pengabdian, penyerahan diri serta ketundukan secara lahir dan batin.

Seringkali manusia lalai akan hal ini, mereka lebih banyak berlaku sombong, berpikiran picik laksana Iblis, hanya menuntut haknya namun melupakan kewajibannya. Tidak ubahnya dengan orang kaya yang ingin rumahnya aman akan tetapi tidak pernah mau membayar uang untuk petugas keamanan.

Banyak manusia yang sudah melebihi Iblis.
Iblis tidak pernah menyekutukan Allah, dia hanya berlaku sombong dengan ketidak patuhannya untuk menghormati Adam selaku makhluk yang dijadikan dari dzat yang dianggapnya lebih rendah dari dzat yang merupakan sumber penciptaan dirinya.

Manusia, telah berani membuat Tuhan-tuhan lain sebagai tandingan Allah yang mereka sembah dan beberapa diantaranya mereka jadikan sebagai mediator untuk sampai kepada Allah. Ini adalah satu kesyirikan yang besar yang telah dilakukan terhadap Allah.

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan pendeta-pendeta mereka sebagai Tuhan-Tuhan selain Allah, juga terhadap al-Masih putera Maryam; padahal mereka tidak diperintahkan melainkan agar menyembah Tuhan Yang Satu; yang tidak ada Tuhan selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (Qs. al-Bara’ah 9:31)

“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfa’atan, namun mereka berkata: “Mereka itu penolong-penolong kami pada sisi Allah !”. Katakanlah:”Apakah kamu mau menjelaskan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di langit-langit dan dibumi ?” ; Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (Qs. Yunus 10:18)

Penyakit syirik ini dapat mengenai dan menyertai siapa saja, tidak terkecuali didalam orang-orang Islam yang mengaku bertauhid. Untuk itulah Allah memberikan perintah internal kepada umat Muhammad ini agar sebelum mereka melakukan Islamisasi kepada orang lain, dia harus terlebih dahulu mengIslamkan dirinya secara keseluruhan alias Kaffah dengan jalan mentaati apa-apa yang sudah digariskan dan dicontohkan oleh Rasul Muhammad Saw sang Paraclete yang agung, Kalky Authar yang dijanjikan.

Bagaimana orang Islam dapat melakukan satu kesyirikan kepada Allah, yaitu satu perbuatan yang mustahil terjadi sebab dia senantiasa mentauhidkan Allah ?

Sejarah mencatatkan kepada kita, berapa banyak orang-orang Muslim yang melakukan pemujaan dan pengkeramatan terhadap sesuatu hal yang sama sekali tidak ada dasar dan petunjuk yang diberikan oleh Nabi.

Dimulai dari pemberian sesajen kepada lautan, pemandian keris, peramalan nasib, pemakaian jimat, pengagungan kuburan, pengkeramatan terhadap seseorang dan seterusnya dan selanjutnya. Inilah satu bentuk kesyirikan terselubung yang terjadi didalam diri dan tubuh kaum Muslimin kebanyakan.

Mereka lebih takut kepada tokoh Roro Kidul ketimbang kepada Allah, mereka lebih hormat kepada kyai ketimbang kepada Nabi. Mereka lebih menyukai membaca serta mempercayai isi kitab-kitab primbon dan kitab-kitab para ulama atau imam Mazhab tertentu ketimbang membaca dan mempercayai kitab Allah, al-Qur’anul Karim.

Adakah orang-orang yang begini ini disebut sebagai Islam yang kaffah ?
Sudah benarkah cara mereka beriman kepada Allah ?

Saya yakin, kita semua membaca al-Fatihah didalam Sholat, dan kita semua membaca “Iyyaka na’budu waiyya kanasta’in” yang artinya “Hanya kepada Engkaulah (ya Allah) kami mengabdi dan hanya kepada Engkaulah (ya Allah) kami memohon pertolongan”.

Ayat ini berindikasikan penghambaan kita kepada Allah dan tidak memberikan sekutu dalam bentuk apapun sebagaimana juga isi dari surah al-Ikhlash :

“Katakan: Dialah Allâh yang Esa. Allâh tempat bergantung. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada bagi-Nya kesetaraan dengan apapun.”
(Qs. al-Ikhlash 112:1-4)

Hanya sayangnya, manusia terlalu banyak yang merasa angkuh, pongah dan sombong yang hanyalah merupakan satu penutupan dari sifat kebodohan mereka semata sehingga menimbulkan kezaliman-kezaliman, baik terhadap diri sendiri dan juga berakibat kepada orang lain bahkan hingga kepada lingkungan.

Untuk mendapatkan kekayaan, kedudukan maupun kesaktian, tidak jarang seorang Muslim pergi kedukun atau paranormal, memakai jimat, mengadakan satu upacara ditempat-tempat tertentu pada malam-malam tertentu dan di-ikuti pula dengan segala macam puasa-puasa tertentu pula yang tidak memiliki tuntunan dari Allah dan Rasul-Nya.

Apakah mereka-mereka ini masih bisa disebut sebagai seorang Islam yang Kaffah ?
Dengan tindakan mereka seperti ini, secara tidak langsung mereka sudah meniadakan kekuasaan Allah, mereka menjadikan semuanya itu selaku Tuhan-tuhan yang berkuasa untuk mengabulkan keinginan mereka.

“Dan sebagian manusia, ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Tetapi orang-orang yang beriman adalah amat sangat cintanya kepada Allah.”
(Qs. Al-Baqarah 2:165)

Kepada orang-orang seperti ini, apabila diberikan peringatan dan nasehat kepada jalan yang lurus, mereka akan berubah menjadi seorang pembantah yang paling keras.

“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam al-Qur’an ini bermacam-macam perumpamaan. Tetapi manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” (Qs. al-Kahf 18:54)

“Tidakkah engkau pikirkan orang-orang yang membantah tentang kekuasaan-kekuasaan Allah ? Bagaimana mereka bisa dipalingkan ?” (Qs. al-Mu’min 40:69)

Orang-orang sekarang telah banyak yang salah pasang ayat, mereka katakan bahwa apa yang mereka lakukan itu bukanlah suatu kesyirikan melainkan satu usaha atau cara yang mesti ditempuh, sebab tanpa usaha Tuhan tidak akan membantu. Memang benar sekali, tanpa ada tindakan aktif dari manusia, maka tidak akan ada pula respon reaktif yang timbul sebagai satu bagian dari hukum alam sebab-akibat. Akan tetapi, mestikah kita mengaburkan akidah dengan dalil usaha ?

Anda ingin kaya maka bekerja keras dan berhematlah semampu anda, anda ingin mendapatkan penjagaan diri maka masukilah perguruan-perguruan beladiri entah silat, karate, kempo, tenaga dalam dan sebagainya. Anda ingin pintar maka belajarlah yang rajin begitu seterusnya yang pada puncak usaha itu haruslah dibarengi dengan doa kepada Allah selaku penyerahan diri kepada sang Pencipta atas segala ketentuan-Nya, baik itu untuk ketentuan yang bagus maupun ketentuan yang tidak bagus.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Qs. al-Baqarah 2:216)

“Yang demikian itu adalah nasehat yang diberikan terhadap orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, karena barang siapa berbakti kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan bagi mereka satu pemecahan; dan Allah akan mengaruniakan kepadanya dari jalan yang tidak ia sangka-sangka; sebab barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan menjadi pencukupnya. Sesungguhnya Allah itu pelulus urusan-Nya, sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap sesuatu.” (Qs. at-Thalaq 65:2-3)

Bukankah hampir semua dari kita senantiasa hapal dan membaca ayat dibawah ini dalam doa iftitahnya ?

“Sesungguhnya Sholatku, Ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan sekalian makhluk, tiada serikat bagi-Nya, karena begitulah aku diperintahkan.” (Qs. al-An’aam 6:162-163)

Anda membutuhkan perlindungan dari segala macam ilmu-ilmu jahat, membutuhkan perlindungan dari orang-orang yang bermaksud mengadakan rencana yang jahat dan keji, maka berimanlah anda secara sungguh-sungguh kepada Allah dan Rasul-Nya, InsyaAllah, apabila anda benar-benar Kaffah didalam Islam, Allah akan menepati janji-Nya untuk memberikan Rahmat-Nya kepada kita.

“Dan ta’atilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (Qs. Ali Imran 3:132)

Rahmat Allah itu tidak terbatas, Rahmat bisa merupakan satu perlindungan, satu pengampunan, Kasih sayang dan juga bisa berupa keridhoan yang telah diberikan-Nya kepada kita.

Apakah anda tidak senang apabila Tuhan meridhoi anda ?
Seorang anak saja, apabila dia telah mendapatkan restu dan ridho dari kedua orangtuanya, anak tersebut akan memiliki ketenangan dan penuh suka cita didalam melangkah, apakah lagi ini yang didapatkan adalah keridhoan dari Ilahi, Tuhan yang menciptakan seluruh makhluk, yang berkuasa atas segala sesuatu ?

Jika Allah ridho kepada kita, maka percayalah Allah akan membatalkan dan mengalahkan musuh-musuh kita. Maka dari itu berkepribadian Kaffah-lah didalam Islam, berimanlah secara tulus dan penuh kesucian akidah. Dalam kajian lintas kitab, kita akan mendapati fatwa dari ‘Isa al-Masih kepada para sahabatnya mengenai kekuatan Iman :

Terjemahan Resmi: Baru: Matius: 17

17:19 Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan dia, bertanyalah mereka: “Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?”

17:20 Ia berkata kepada mereka: “Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, –maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.

al-Qur’an pun memberikan gambaran :

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Qs. 2 al-Baqarah: 186)

Kita lihat, Allah akan mendengar doa kita, Dia akan memberikan Rahmat-Nya kepada kita dengan syarat bahwa terlebih dahulu kita harus mendengarkan dan percaya kepada-Nya, mendengar dalam artian mentaati seluruh perintah yang telah diberikan oleh Allah melalui para Nabi dan Rasul-Nya, khususnya kepada Rasul Muhammad Saw selaku Nabi terakhir yang universal.

Tidak perlu anda mendatangi tempat-tempat keramat untuk melakukan tapa-semedi, berpuasa sekian hari atau sekian malam lamanya dengan berpantang makan ini dan makan itu atau juga menyimpan, menggantung jimat sebagai penolak bala, pemanis muka, atau sebagai aji wibawa.

Ambillah al-Qur’an, bacalah dan pelajarilah, amalkan isinya … maka dia akan menjadi satu jimat yang sangat besar sekali yang mampu membawa anda tidak hanya lepas dari derita dunia yang bersifat temporary, namun juga derita akhirat yang bersifat long and abide.

Yakinlah, bahwa sekali anda mengucapkan kalimah “Laa ilaaha illallaah” (Tiada Tuhan Selain Allah), maka patrikan didalam hati dan jiwa anda, bahwa jangankan ilmu-ilmu jahat, guna-guna, santet, Jin, Iblis apalagi manusia dengan segenap kemampuannya, Tuhan-pun tidak ada.

Kenapa demikian ?
Sebab dunia ini telah dibuat terlalu banyak memiliki Tuhan-tuhan, semua berhala-berhala yang disembah oleh manusia dengan beragam caranya itu tetap dipanggil Tuhan oleh mereka, entah itu Tuhan Trimurti, Tuhan Tritunggal, Tuhan anak, Tuhan Bapa, Tuhan Budha dan seterusnya.

Manusiapun sudah menjadikan harta, istri dan anak-anak sebagai Tuhan, menjadikan para ulama sebagai Tuhan, menjadikan perawi Hadis sebagai Tuhan, menjadikan keluarga Nabi sebagai Tuhan dan seterusnya.

Karena itu Tauhid yang murni adalah Tauhid yang benar-benar meniadakan, menafikan segala macam jenis bentuk ketuhanan yang ada, untuk kemudian disusuli dengan keberimanan, di-ikuti dengan keyakinan, mengisi kekosongan tadi dengan satu keberadaan, bahwa yang ada dan kita akui hanyalah Tuhan yang satu, tanpa berserikat dan esa dalam berbagai penafsiran.

Itulah intisari dari Iman didalam Islam, intisari seluruh ajaran dan fatwa para Nabi terdahulu, dimulai dari Nuh, Ibrahim terus kepada Ismail, Ishak, Ya’kub, Musa hingga kepada ‘Isa al-Masih dan berakhir pada Muhammad Saw.

Itulah senjata mereka, itulah jimat yang mereka pergunakan didalam menghadapi segala jenis kebatilan, segala macam kedurjanaan yang tidak hanya datang dari manusia namun juga datang dari syaithan yang terkutuk.

Dalam salah satu Hadits Qudsi-Nya, Allah berfirman :
“Kalimat Laa ilaaha illallaah adalah benteng pertahanan-Ku; dan barangsiapa yang memasuki benteng-Ku, maka ia aman dari siksaan-Ku.” (Riwayat Abu Na’im, Ibnu Hajar dan Ibnu Asakir dari Ali bin Abu Thalib r.a.)

Nabi Muhammad Saw juga bersabda :

“Aku sungguh mengetahui akan adanya satu kalimat yang tidak seorangpun hamba bilamana mengucapkannya dengan tulus keluar dari lubuk hatinya, lalu ia meninggal, akan haram baginya api neraka. Ucapan itu adalah : Laa ilaaha illallaah.”
(Riwayat Bukhari dan Muslim)

Untuk itu, marilah sama-sama kita memulai hidup Islam yang kaffah sebagaimana yang sudah diajarkan oleh para Nabi dan Rasul, sekali kita bersyahadat didalam Tauhid, maka apapun yang terjadi sampai maut menjemput akan tetap Allah sebagai Tuhan satu-satunya yang tiada memiliki anak dan sekutu-sekutu didalam zat maupun sifat-Nya.

Cobalah anda ikrarkan : Apapun yang terjadi sampai saya mati akan tetap berpegang kepada Laa ilaaha illallaah.

Segera kita tanggalkan segala bentuk kepercayaan terhadap hal-hal yang berbau khurafat, kita ikuti puasa yang diajarkan oleh Islam, kita contoh prilaku Nabi dalam keseharian, kita turunkan berbagai rajah dan tulisan-tulisan maupun bungkusan-bungkusan hitam yang kita anggap sebagai penolak bala atau juga pemanis diri yang mungkin kita dapatkan dari para dukun, paranormal atau malah juga kyai.

Nabi Muhammad Saw bersabda :
“Barangsiapa menggantungkan jimat penangkal pada tubuhnya, maka Allah tidak akan menyempurnakan kehendaknya.”
(Hadist Riwayat Abu Daud dari Uqbah bin Amir)

“Ibnu Mas’ud berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, mantera-mantera, tangkal dan guna-guna adalah syirik.”
(Hadist Riwayat Ahmad dan Abu Daud )

“Sa’id bin Jubir berkata: orang yang memotong atau memutuskan tangkal (jimat) dari manusia, adalah pahalanya bagaikan memerdekakan seorang budak.”
(Diriwayatkan oleh Waki’)

Percayalah, Allah adalah penolong kita.

“Sesuatu bahaya tidak mengenai melainkan dengan idzin Allah.”
(Qs. at-Taghabun 64:11)

“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah ni’mat Allah kepadamu tatkala satu kaum hendak mengulurkan tangannya untuk mengganggu, lalu Allah menahan tangan mereka daripada (sampai) kepada kamu; dan berbaktilah kepada Allah; hanya kepada Allah sajalah hendaknya Mu’minin berserah diri.”
(Qs. al-Maaidah 5:11)

Apabila setelah kita melepaskan seluruh kebiasaan buruk tersebut kita mendapatkan musibah, bukan berarti Allah berlepas tangan pada diri kita dan kitapun bertambah mendewakan benda-benda, ilmu-ilmu yang pernah kita miliki sebelumnya.

Akan tetapi Allah benar-benar ingin membersihkan kita dari segala macam kemunafikan, menyucikan akidah kita, hati dan pikiran kita sehingga benar-benar berserah diri hanya kepada-Nya semata.

“Apakah manusia itu menyangka bahwa mereka akan dibiarkan berkata: “Kami telah beriman”, padahal mereka belum diuji lagi ?” (Qs. al-Ankabut 29:2)

“Dan sebagian dari manusia ada yang berkata: “Kami beriman kepada Allah”, tetapi manakala ia diganggu dijalan Allah, maka ia menjadikan percobaan manusia itu seperti adzab dari Allah; dan jika datang pertolongan dari Tuhan-mu, mereka berkata: “Sungguh kami telah berada bersamamu.”; Padahal bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada-dada makhluk ?” (Qs. al-Ankabut 29:10)

“Dan sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang beriman dan mengetahui orang-orang yang munafik.” (Qs. al-Ankabut 29:11)

Nabi juga bersabda :
“Bilamana Allah senang kepada seseorang, senantiasa menimpakan cobaan baginya supaya didengar keluh kesahnya.”
(Riwayat Bukhari dan Muslim)

Bagaimana bila sebagai satu konsekwensi dari usaha kembali kepada jalan Allah tersebut kita gugur ? Jangan khawatir, Allah telah berjanji bagi orang-orang yang sudah bertekad untuk kembali pada kebenaran :

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan.”
(Qs.at-Taubah 9:20)

“Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik”.
(Qs. ali Imran 3:195)

“Karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar.” (Qs. an-Nisa’ 4:74)

Kembali kejalan Allah adalah satu hijrah yang sangat berat, godaan dan gangguan pasti datang menerpa kita dan disanalah kita dipesankan oleh Allah untuk melakukan jihad, melakukan satu perjuangan, melibatkan diri dalam konflik peperangan baik dengan harta maupun dengan jiwa (tentunya ini tidak berlaku bagi mereka yang cuma melakukan teror dengan membunuh diri).

Dengan harta mungkin kita harus siap apabila mendadak jatuh miskin atau juga melakukan kedermawanan dengan menyokong seluruh aktifitas kegiatan umat Islam demi tegaknya panji-panji Allah; berjihad dengan jiwa artinya kita harus mempersiapkan mental dan phisik dalam menghadapi segala kemungkinan yang terjadi akibat ketidak senangan sekelompok orang atau makhluk dengan hijrah yang telah kita lakukan ini.

Apakah anda akan heran apabila pada waktu anda masih memegang jimat anda merupakan orang yang kebal namun setelah jimat anda tanggalkan anda mendadak bisa tergores oleh satu benturan kecil ditempat tidur ? Bagaimana anda memandang keperkasaan seorang Nabi yang agung yang bahkan dalam perperanganpun bisa terluka dan juga mengalami sakit sebagaimana manusia normal ?

Percayalah, berilmu tidaknya anda, berpusaka atau tidak, bertapa maupun tidaknya anda bukan satu hal yang serius bagi Allah apabila Dia sudah menentukan kehendak-Nya kepada kita.

“Berupa apa saja rahmat yang Allah anugerahkan kepada manusia, maka tidak ada satupun yang bisa menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Gagah, yang Bijaksana.” (Qs. Fathir 35:2)

Apabila memang sudah waktunya bagi kita untuk mendapatkan musibah (baik itu berupa maut dan lain sebagainya) maka dia tetap datang tanpa bisa kita mundurkan atau juga kita majukan, tidak perduli anda punya ilmu, punya jimat atau seberapa tinggi kedudukan sosial anda.

“Bagi tiap-tiap umat ada batas waktunya; maka apabila telah datang waktunya maka mereka tidak dapat meminta untuk diundurkan barang sesaatpun dan tidak dapat meminta agar dimajukan.” (Qs. al-A’raf 7:34)

“Masing-masing Kami tolong mereka ini dan mereka itu, sebab tidaklah pemberian Tuhanmu itu terhalang.” (Qs. al-Israa 17:20)

Demikianlah, semoga kita semua bisa mendapatkan hikmah dari tulisan ini.

Wassalam.

Armansyah
Palembang

Dedicated to : My Father (Umar) who died in year 2000, my spiritual teacher (Bang Asfan) who died in year 2005.

Lanjutan tulisan ini :

1. Berislam secara kaffah Bag. 2 : Unlimited System (Link : https://arsiparmansyah.wordpress.com/2008/08/19/islam-kaffah-an-unlimited-system/)

2. Berislam secara kaffah Bag. 3 : The Soulmate (Link : https://arsiparmansyah.wordpress.com/2008/08/21/islam-kaffah-the-soulmate/)

Nazwar Syamsu : Penanggalan Tahunan

—– Original Message —–

From: ARMAN (GMAIL)

To: milis_iqra@googlegroups.com

Sent: Thursday, October 11, 2007 11:02 AM

Subject: Nazwar Syamsu : Penanggalan (Edisi Penuh)

Penanggalan

Karya Nazwar Syamsu

Dari salah satu bab bukunya : Tauhid & Logika (Bab X Penanggalan Tahunan)
al-Qur’an tentang Shalat, Puasa dan Waktu

Terbitan Ghalia Indonesia, Jumadil Awwal 1403 H, cetakan pertama Pebruari 1983.

 

 


 

10/5. DIA-lah yang menjadikan Surya sumber menerangi dan Bulan bersinar serta menentukan

orbitnya agar kamu ketahui bilangan tahun dan perhitungan. ALLAH tidak menciptakan itu

kecuali dengan hal logis. DIA jelaskan Ayat-ayat pada kaum yang berilmu.

10/6. Bahwa pada pertentangan malam dan siang, dan apa yang ALLAH ciptakan di planet-planet

dan Bumi, dan Ayat-ayat bagi kaum yang insyaf.

22/47. Mereka meminta segerakan siksa, ALLAH tidak memungkiri janji-NYA, bahwa hari pada TUHAN-

mu seperti seribu tahun dari yang kamu hitung.

41/10. Dan DIA jadikan padanya batang-batang magnet dari atasnya dan memberkahi padanya serta

menentukan waktu-waktunya dalam empat hari, bersamaan bagi (analisa) orang-orang yang

bertanya.

ALLAH menciptakan semua benda angkasa secara logis, menempatkan batang magnet pada masing-masingnya dengan sistem dan daya tarik yang berlainan. Satelit yang mengitari planet seperti Bulan kita ditentukan ALLAH bersistem Spot hingga dia tidak berputar tetapi senantiasa mengorbit: Bintang yang menjadi pusat Tata Surya bersistem Regular hingga dia selalu berputar di sumbunya, mengorbit keliling Galaxy, tetap bergolak tak akan pernah mendingin, beradiasi lewat gelombang sinar untuk menimbulkan panas bagi kehidupan makhluk hidup konkrit; Planet yang mengitari bintang bersistem Simple, permukaannya cepat membeku, berotasi di sumbunya untuk mewujudkan pergantian siang dan malam. Itulah sebahagian dari Rawasia atau batang magnet yang ditempatkan selaku wujud penting dalam kehidupan. Walaupun manusia Bumi mempergunakannya untuk berbagai keperluan, namun belum memahaminya menurut keadaan sesungguhnya.

Orang-orang berilmu akan mengetahui betapa logis kelangsungan ciptaan ALLAH jika mereka menganalisakan Ayat-ayat Alquran tentang mana teori evolusi menemui jalan buntu, sementara perbedaan sistem dan daya tarik Rawasia tadi dapat menjadi petunjuk bagi orang-orang insyaf untuk menempatkan diri dalam kehidupan yang diredhai ALLAH.

Seringkali orang memperbincangkan masalah Ruang dan Waktu, berbagai interpretasi dapat dibaca dalam buku-buku terutama yang memuat uraian mereka namakan “falsafah.” Umumnya berupa hasil pemikiran dan pendapat tanpa dasar, bahkan kadang-kadang berbentuk susunan kalimat berputar belit dengan kata-kata semu bersilat lidah. Padahal jika orang sudi memperhatikan Ayat-ayat Alquran, dia akan mendapat penjelasan pasti bahwa Ruang ialah kekosongan antara benda-benda. Tanpa benda, akan tiadalah istilah ruang. Benda yang senantiasa berputar menimbulkan Waktu, dan tanpa putaran benda, akan tiadalah waktu. Putaran 360 derajat dinamakan satu hari, maka bahagian dan bilangan hari inilah yang disebut Waktu.

ALLAH menciptakan semesta raya selama enam hari. Pada dua hari pertama benda-benda angkasa masih mengambang, belum memadat, dan beberapa planet terpecah menjadi kecil seperti Mars, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto menjadi lebih kecil daripada seharusnya, sementara yang mengorbit di bawah Jupiter benar-benar hancur menjadi asteroids dan meteorites. Pada empat hari berikutnya, semua benda angkasa itu mulai berfungsi menurut wajarnya. Bulan-bulan tanpa rotasi mengorbit keliling planet, dan planet-planet berotasi sembari beredar keliling Galaxy yang juga berputar di sumbunya sewaktu bergerak keliling semesta raya.

Gerak rotasi dan orbit itulah yang dimaksud dengan waktu-waktu pada Ayat 41/10, yaitu waktu yang menjadi bahagian dan bilangan hari tersebut tadi. Semuanya diberkahi ALLAH dengan penjagaan agar berfungsi terus tanpa halangan, disimpulkan dalam Ayat Suci yang maksudnya:

41/12. Lalu DIA laksanakan mereka jadi tujuh planet (di atas orbit Bumi) dalam dua hari, dan

DIA wahyukan pada setiap Tata Surya urusannya, dan Kami hiasi angkasa dunia dengan

bintang-bintang berapi dan penjagaan. Itulah ketentuan Yang Mulia mengetahui.

Tetapi satu hari di atas ini bukanlah terdiri dari 24 jam melainkan satu hari Tata Surya yang berputar di sumbunya selama 1.000 Lunar Year atau 360 derajat. Muntaha selaku planet terpinggir bergerak keliling Surya. Satu hari di Bumi 24 jam, di Mercury 25 jam, di Jupiter 9 jam 50 menit, di Surya 600 jam, di Tatasurya 1.000 tahun, karena selama itulah masing-masingnya berputar 360 derajat di sumbunya. Bahkan hari semesta raya dinyatakan 50.000 tahun Qamariah pada Ayat 70/4 karena sekian tahun pula lamanya semesta raya ini berputar komplit 360 derajat.

Pentingkah semua itu diterangkan ALLAH dalam Alquran untuk diketahui umum? Jawabnya, Ya, penting sekali. Semuanya telah ditentukan ALLAH rotasi dan orbitnya agar orang mengetahui gerak sesungguhnya dari benda angkasa untuk dipakai jadi bilangan tahun secara wajar, dan agar orang mengetahui perhitungan hidup.

Banyak orang menganggap bahwa istilah HISAAB, yang tercantum pada Ayat 10/5 dan 17/12, sebagai perhitungan” astronomis belaka, hingga timbul istilah “ahli hisab” dalam masyarakat diberikan kepada penyusun kalender tahunan. Padahal dalam kedua Ayat Suci itu dan banyak lainnya, istilah “hisaab” ditujukan kepada perhitungan hidup seluruhnya pada setiap pribadi di dunia kini. Jadi pemakaian “ahli hisaab” bagi para astronom atau penyusun kalender sebanarnya tidaklah tepat, karena dalam tugas itu mereka hanyalah peramal tentang orbit benda angkasa atau hanya sekedar penyusun kalender tahunan.

Namun ALLAH mendekatkan bilangan tahun dengan perhitungan hidup dalam Ayat 10/5 dan 17/12 selaku pertanda betapa pentingnya pengetahuan tentang orbit dan rotasi benda-benda angkasa dalam kehidupan kini di mana setiap diri bermukim dan membiak berketurunan. Rotasi Bumi di sumbunya telah menimbulkan pergantian siang malam malam selama 24 jam yang disebut satu hari. Dan orbitnya keliling Surya menyebabkan adanya tahun terdiri dari sejumlah hari. Dengan begitu dapatlah dicatat berapa lama sesuatu telah berlaku, masa hidup seseorang, dan sejarah manusia sudah berlangsung. Demikian sudah terjadi tanpa rubah semenjak Adam sampai topan Nuh, bahkan sampai kini dan masa mendatang. Lama rotasi dan orbit Bumi sebelum topan Nuh masih bersamaan dengan keadaan yang berlaku kini, begitu pula lama hari dan tahun. Tentang ini ALLAH menyatakan yang artinya sebagai berikut:

9/36. Bahwa bilangan bulan pada ALLAH duabelas bulan dalam ketetapan ALLAH pada hari DIA

ciptakan planet-planet dan Bumi, diantaranya ada empat bulan terlarang. Itulah agama

kukuh maka jangan zalimi dirimu padanya. Perangilah orang-orang musryik seluruhnya

sebagaimana mereka memerangi kamu seluruhnya, ketahuilah bahwa ALLAH bersama orang-orang

insyaf.

Bilangan bulan di atas ini ialah untuk masing-masing tahun, baik dulu kala maupun kini, setiap bulan ditandai dengan timbulnya Hilal atau Bulan sabit di ufuk barat setelah Magrib, keesokannya tampak semakin jelas dan berupa Bulan Penuh setelah 14 hari, selanjutnya menyusut berupa Hilal terbalik dan menghilang di angkasa fajar setelah 29 hari untuk timbul kembali bagi bulan berikutnya.

Tetapi kenapa 12 dan kenapa tidak 10, 14, 19 dan lain-lainnya? Disinilah terdapat salah satu di antara berbagai bukti lain yang menyatakan kepalsuan teori di luar Islam. Mereka tidak memiliki dasar untuk menentukan 12 bulan dalam setahun kecuali meniru jumlahnya dari ajaran Islam. Mereka berbulan baru tidak pada waktu Hilal Bulan, begitupun bertahun baru tanpa dasar. ALLAH menentukan jumlah bulan yang 12 itu berdasarkan orbit Bumi dalam lingkaran oval di mana ada titik Perihelion dan titik Aphelion. 345 derajat gerak Bumi keliling Surya, di mana ada kedua titik tadi, dinamakan 1 tahun yang terdiri dari 12 bulan. Jadi 12 bulan menurut Ayat 9/36 adalah lama waktu yang dipakai Bumi dalam mengorbit dari Perihelion ke Aphelion dan sampai kembali di Perihelion, dalam masa mana berlangsung 12 kali orbit Bulan keliling Bumi. Kini penanggalan demikian dinamakan orang dengan Qamariah berdasarkan orbit Bulan sekalipun di dalamnya orbit Bumi juga memegang peranan penting.

Nama ke-12 bulan itu ialah Muharram, Shafar, Rabi’ul Awwal, abi’ul Akhir, Jumadil Awwal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Zulkaedah, Zulhijah. Diantaranya ada empat dinamakan bulan terlarang yaitu Zulkaedah, Zulhijah, Muharram dan Rajab. Selama bulan terlarang itu, orang dilarang berperang kecuali kalau diserang, juga dilarang membunuh binatang darat buruan untuk menjamin kelangsungan kehidupan makhluk yang kini disebut orang suaka margasatwa; disebutkan pada Ayat 2/217, 9/2 dan 5/96.

Empat bulan terlarang tadi tentulah juga sudah berlaku semenjak purbakala sampai pada zaman Nuh, Ibrahim, Musa dan masa kini hingga menjadi tradisi berkelanjutan, dan kita tidak mengetahui alasan penamaannya, tetapi adanya dapat difahami dari beberapa Ayat Suci, di antara lain ialah Ayat 2/197 yang menerangkan pelaksanaan ibadah Haji. Penamaan keempat bulan itu telah kita terima sambung bersambungan selaku Uswah Hasanah.

Dalam Alquran, tahun penanggalan yang berhubungan dengan orbit Bulan keliling Bumi dan orbit Bumi keliling Surya dinamakan dengan SANAH yang kini disebut tahun Qamariah, sementara yang berhubungan dengan musim dinamakan dengan ‘AAM yang kini disebut tahun Syamsiah atau Solar Year.

Tahun Qamariah atau Lunar Year yang menjadi dasar penanggalan Hijriah adalah tahun yang panjang waktunya tidak pernah berkurang. Ini dapat difahami jika orang sudi memperhatikan sejarah dan keadaannya:

1. Orbit Bumi keliling Surya bukanlah berupa lingkaran bundar karena lingkaran begini akan menggambarkan jarak Bumi dari Surya selalu sama sepanjang tahun, padahal pengukuran dengan

sistem parallax menyatakan ada kalanya Bumi sejauh 90 juta mil dari Surya dan ada kalanya sejarak 94 juta mil. Sekiranya orbit bundar itu terlaksana maka Bumi akan kekurangan daya layangnya keliling Surya, dan aktifitas Sunspot di permukaan Surya tetap stabil, bersamaan, padahal perubahan aktifitas itu selalu ada karena ditimbulkan oleh tarikan Surya pada planet-planet yang kadang-kadang mendekat dan kadang-kadang menjauh.

2. Orbit Bumi keliling Surya bukan pula berupa lingkaran elips atau lonjong karena lingkaran begini akan membentuk dua titik perihelion dan dua titik aphelion orbit. Jika ini memang berlaku maka susunan Tatasurya akan kacau balau dengan akibat yang susah diramalkan. Dan dengan pemikiran logis, orbit demikian dapat dikatakan tidak mungkin terjadi dalam tarik-menariknya Surya dengan Bumi, karena setiap kali Bumi berada pada titik perihelion orbitnya, dia harus tertarik untuk membelokkan arah layangnya ke kiri beberapa derajat mendekati Surya yang dikitari.

3. Orbit berbentuk lingkaran OVAL adalah satu-satunya yang dilakukan Bumi, memiliki satu perihelion yaitu titik di mana Bumi paling dekat pada Surya sembari melayang cepat, dan satu titik aphelion yaitu titik terjauh dari Surya waktu mana Bumi melayang lambat. Dengan orbit OVAL begini terwujudlah daya layang berkelanjutan menurut ketentuan ALLAH, begitu pun jarak relatif antara 90 juta mil, dan aktifitas Sunspots yang berubah sepanjang tahun untuk mewujudkan perubahan cuaca di muka Bumi.

Keadaan orbit planet demikian dinyatakan ALLAH dengan istilah SIDRAH pada Ayat 53/14 dan 53/16. Arti Sidrah yaitu TERATAI, bunga mengambang di atas permukaan air sementara uratnya terhunjam di tanah. Di waktu pasang naik, teratai itu ikut naik dan ketika pasang surut dia pun ikut turun. Demikian pula Bumi bergerak keliling Surya dalam orbit Oval yang kemudian dipakai orang pada roda dengan sistem piston untuk penambah daya dorong pada mesin bertenaga besar.

Lingkaran oval berbentuk telur di mana ada bujur besar dengan titik aphelion, dan bujur kecil dengan titik perihelion. Sewaktu Bumi berada pada titik perihelion ini, tarik-menariknya sangat kuat dengan Surya hingga ketika itu gelombang laut tampak lebih besar daripada biasanya, dan mulailah penanggalan Muharram selaku bulan pertama Lunar Year. Karena keadaan Bumi serius sekali, melayang cepat dan paling dekat dari Surya, lalu dinyatakan Muharram selaku bulan terlarang yaitu Syahrul Haraam yang sering pula diartikan dengan “Bulan Mulia.”

Kemudian itu Bumi mulai melayang lambat dan paling lambat sewaktu berada di titik aphelion yaitu bulan betujuh, maka bulan Rajab itu pun dinamakan bulan terlarang karena Bumi ketika itu paling jauh dari Surya dalam keadaan serius. Pada tanggal 27 bulan itu dulunya Muhammad dimi’rajkan ALLAH dari Bumi ke planet Muntaha.

Setelah itu Bumi mulai pula melayang cepat karena ditarik oleh Surya hingga mencapai bulan kesebelas dan lebih cepat pada bulan kedua belas, yaitu bulan Zulkaedah dan Zulhijah, semakin dekat pada Surya, lalu kedua bulan itu juga dinamakan bulan terlarang karena nyatanya Bumi dalam keadaan serius. Pada tanggal 29 Zulhijah, Bumi telah menyelesaikan satu orbitnya 345 derajat Surya, yaitu satu tahun Lunar Year.

Itulah sebabnya kenapa Muharram, Rajab, Zulkaedah, dan Zulhijah dinamakan empat bulan terlarang, pada bulan-bulan itu Bumi sedang mengalami tarikan kuat dari Surya dan juga mengalami tarikan lemah hingga manusia Bumi bagaikan diberi peringatan tentang planet yang didiami terutama mereka yang mengetahui hisaab atau perhitungan nasib diri. Namun keadaannya mengandung ilmu astronomi yang harus dipelajari setiap diri. Dalam pada itu Rabi’ul Awwal waktu mana Muhammad lahir dan meninggal dunia, begitu pun Ramadhan selaku bulan turunnya Alquran, keduanya tidak dinyatakan bulan terlarang, karenanya teranglah Islam tidak mengandung kultus individu. Alquran tidak memberikan data tentang hari kelahiran Ibrahim dan Muhammad walaupun yang pertama dinyatakan IMAM bagi manusia dan pendiri Ka’bah, dan yang keduanya dinyatakan penyampaian Alquran dan Nabi terakhir.

Satu kali orbit Bumi keliling Surya bukan 360 derajat tetapi 345 derajat dilaluinya selama 354 hari 8 jam 48 menit dan 36 detik. Dalam satu bulan Qamariah, Bumi bergerak sejauh 28° 45’ atau dalam satu hari sejauh 0° 58’ 28’’,4.

Perlu dicatat bahwa Bulan mengorbit keliling Bumi sejauh 331° 15’, selama 29 hari 12 jam 44,04 menit. Dia bergerak dalam satu hari sejauh 11° 12’. Jadi keliling 360° – 331° 15’ = 28° 45’ kalau dikalikan 12 bulan Qamariah maka satu tahun Islam adalah 354 hari 8 jam 48 menit dan 36 detik atau 345 derajat gerak edar Bumi keliling Surya.

Untuk mengitari Surya 360 derajat keliling, maka Bumi memakai waktu selama 370 hari sejauh 355° 12’ selama 365 hari 6 jam. Hal ini dapat dibuktikan dengan terlambatnya bintang-bintang di angkasa pada waktu tertentu yang sama setiap tahunnya sejauh 4° 48’.

Jadi menurut tahun musim atau Solar Year, maka Bumi bergerak keliling Surya sejauh 355° 12’ yaitu 4° 48’ sebelum mencapai titik lingkaran penuh, hingga 360° – 355° 12’ = 4° 48’ jika dikalikan dengan 75 tahun musim menjadi 360° barulah Bumi berada pada posisi pertama selaku awal tahunnya. Ketika itu bintang-bintang di angkasa mungkin berada kembali pada posisi tertentu pada waktu bersamaan dengan 75 tahun yang lampau, karena Bumi sendiri bukan berada pada titik perihelion orbit semula.

Namun jika dihitung menurut tahun Hijrah atau Lunar Year, ternyata Bumi memulai orbitnya dari titik perihelion pada tanggal 1 Muharram, lalu bergerak 345 derajat keliling Surya yaitu 15° sebelum mencapai titik lingkaran 360 penuh. Setelah 24 tahun kemudiannya, Bumi berada kembali pada posisi bermula, yaitu 360° – 345° sama dengan 15° x 24 tahun = 360°. Waktu itu setiap bintang di angkasa berada kembali pada posisi tertentu bersamaan dengan posisinya pada waktu tertentu 24 tahun yang lampau, dan Bumi juga berada kembali pada titik perihelion orbitnya bermula.

Nama

Jarak dari

Surya

Lama keliling

Surya (musim)

Bulan yang

dimiliki

1. Mercury

43.380.000 mil

88 hari

Tidak ada

2. Venus

67.690.000 mil

225 hari

2

3. Bumi

94.510.000 mil

1 tahun

1

4. Mars

154.860.000 mil

1 th 322 hari

2

5. Jupiter

507.170.000 mil

11 th 314 hari

12

6. Saturnus

936.580.000 mil

26 th 165 hari

9

7. Uranus

1855.760.000 mil

84 th 7 hari

4

8. Neptunus

2819.980.000 mil

164 th 280 hari

2

9. Pluto

4561.100.000 mil

248 th 150 hari

2

10. Muntaha sebagai planet kesepuluh dan terpinggir bahkan terbesar sebagai planet ketuuh di atas orbit Bumi sudah lama dinyatakan adanya tetapi belum diketahui posisinya dan belum pernah dilihat penduduk Bumi.

Waktu pergantian musim tidak praktis dijadikan dasar penanggalan di Bumi, apalagi di planet-planet lain yang panjang waktu pergantian musimnya sangat berbeda. Untuk jelasnya, di bawah ini dikutipkan catatan dari Encyclopedia Americana 1975 tentang daftar planet pada mana “lama keliling Surya” harus difahami dengan ‘lama satu tahun musimnya”, dan satu hari berarti 24 jam.

Pergantian musim di Mercury hanya berlangsung komplit dalam 88 hari sementara di Pluto ternyata selama 248 setengah tahun, menurut perhitungan tahun musim di Bumi, karenanya tentu tidak mungkin dijadikan dasar penanggalan. Pada setiap planet tersebut hanya Lunar Year yang praktis dijadikan penanggalan, semetara untuk Mercury sendiri harus ditunggu kabar tentang adanya Bulan yang dimilikinya. Sebaliknya, karena masing-masing planet itu memiliki Bulan lebih dari satu, haruslah ditunggu pula penemuan baru tentang Bulan mana yang orbitnya dijadikan dasar penanggalan di sana. Karena berdasarkan Ayat 9/36 didapat ketentuan bahwa disemua planet itu haruslah dipakai penanggalan Lunar Year seperti di Bumi ini sendiri satu-satunya planet yang memiliki satu Bulan. Hal ini menjadi tugas Astronomi Muslim masa depan hingga Umat Tengah yang tercantum pada Ayat 2/143 menjadi kenyataan, begitupun Pemberi bukti yang termuat dalam Ayat 22/78 dapat terlaksana.

Penanggalan Lunar Year dimulai dari Gerhana Surya dengan pengetahuan bahwa sorenya pasti ada Hilal Bulan di ufuk barat. Sekiranya tanggal 1 Muharram, yaitu bulan pertama, bertepatan dengan tanggal 21 Maret atau 22 September pada abad 20 Masehi, tentulah terjadi gerhana penuh di tempat tertentu pada ekuator Bumi. Hal ini memang telah berlaku pada tanggal 21 Maret 1901 waktu mana Umbra atau gerhana penuh terjadi. Kemudian 1 Muharram tercatat tanggal 20 Maret 1935 dan tanggal 19 Maret 1969, waktu itu terdapat Penumbra atau gerhana tidak penuh di Sumatra Tengah, tegasnya di Bukit Tinggi, dan hal itu juga menjadi bukti bahwa Bumi dalam orbit ovalnya keliling Surya melalui garis zigzag atau melenggang ke utara dan ke selatan garis Ekliptik sesudah topan Nuh sampai kini.

Karena itulah garis Umbra gerhana penuh pada tanggal 23 Desember sampai dengan 21 Juni melengkung arah ke utara permukaan Bumi karena waktu itu Bumi bergerak ke selatan garis Ekliptik keliling Surya, lalu bayangan Bulan tampak bergerak ke utara. Sebaliknya jika gerhana itu berlaku pada tanggal 22 Juni sampai dengan 22 Desember, Umbra tampak melengkung arah ke selatan selaku bayangan Bulan karena waktu itu Bumi bergerak ke utara.

Namun gerhana Surya pada tanggal 21, 20, 19 Maret tadi telah kita pergunakan selaku bahan penyusunan Kalender Nuclear untuk satu abad Hijriah dan Masehi, diterbitkan lalu diedarkan pada masyarakat umum. Dengan perhitungan atas orbit Bumi dan orbit Bulan sebagai di atas tadi, kita memperoleh ketentuan bahwa:

1. Ramadhan memiliki 29 hari tetapi 30 hari pada tahun ketiga, atau seperti yang dicatatkan di

bawah.

2. Satu tahun Qamariah terdiri dari 354 hari, tetapi 355 hari pada tahun ketiga.

3. Tahun

Hijriah

Tgl. 1

Ramadhan

Hari

Ramadhan

Tgl. 10

Zulhijah

1403

1404

1405

Senen

Jum’at

Selasa

29 hari

29 hari

30 hari

Ahad

Kemis

Selasa

1406

Ahad

29 hari

Saptu

1407

Kamis

29 hari

Rabu

1408

Senen

30 hari

Senen

1409

Saptu

29 hari

Jum’at

1410

Rabu

29 hari

Selasa

1411

Ahad

30 hari

Ahad

Bilamana tercatat tanggal 1 Ramadhan hari Senen maka tanggal 10 Zulhujah hari Ahad pada

tahun tersebut. Tetapi jika Ramadhan terdiri dari 30 hari maka tangal 1 Ramadhan dan tanggal

10 Zulhijah berlaku pada hari bersaman.

4. Setiap seperempat abad jumlah hari yang dimiliki Ramadhan seperti di bawah ini untuk

selanjutnya:

Ramadhan Jumlah

Tahun: Harinya:

Ramadhan Jumlah

Tahun: Harinya:

1400 ……………. 30

1401 ……………. 29

1402 ……………. 30

1443 ……………. 29

1444 ……………. 29

1445 ……………. 30

1403 ……………. 29

1446 ……………. 29

1404 ……………. 29

1447 ……………. 29

1405 ……………. 30

1448 ……………. 30

1406 ……………. 29

1449 ……………. 29

1407 ……………. 29

1450 ……………. 30

5. Di bawah ini disusunkan Kalender Lunar Year dari tahun 1351 sampai dengan 1450 Hijriah.

Ramadhan terdiri dari 29 hari, tetapi pada angka tahun didahului tanda tambah (+)

Ramadhannya 30 hari, dan Syawal, Zulkaedah, Zulhijah tahun itu dimundurkan satu hari:

………………………. 1351

56 53 +55 +52 57 54 59

+61 +58 63 60 65 62 +64

69 66 71 68 +70 +67 72

+77 74 79 +73 +75

85 82 87 76 81 78 +80

93 90 +92 +89 +86 +83 88

+98 +95 97 94 91 96

99

… 1400

01 06 13 +05 +02 07 04

09 +11 +08 13 10 15 12

+14 19 16 21 18 +20 +17

22 +27 24 29 +23 +25

+30 35 32 37 26 31 28

38 43 40 +42 +39 +36 +33

46 +48 +45 +50 47 44 49

N U C L E A R Muharram 30 hari

C L E A R N U Syafar 29 hari

L E A R N U C R. Awal 30 hari

A R N U C L E R. Akhir 30 hari

N U C L E A R J. Awal 29 hari

U C L E A R N J. Akhir 30 hari

L E A R N U C Rajab 29 hari

E A R N U C L Sya’ban 30 hari

R N U C L E A Ramadhan 29/30 hari

N U C L E A R Syawal 29 hari

U C L E A R N Zulkaedah 30 hari

L E A R N U C Zulhijah 29 hari

N U

Ah. 1 8 15 22 29 Ah. 7 14 21 28

Sn. 2 9 16 23 30 Sn. 1 8 15 22 29

Sl. 3 10 17 24 31 Sl. 2 9 16 23 30

Rb. 4 11 18 25 Rb. 3 10 17 24 31

Km. 5 12 19 26 Km. 4 11 18 25

Jm. 6 13 20 27 Jm. 5 12 19 26

Sb. 7 14 15 28 Sb. 6 13 20 27

C L

Ah. 6 13 20 27 Ah. 5 12 19 26

Sn. 7 14 21 28 Sn. 6 13 20 27

Sl. 1 8 15 22 29 Sl. 7 14 21 28

Rb. 2 9 16 23 30 Rb. 1 8 15 22 29

Km. 3 10 17 24 31 Km. 2 9 16 23 30

Jm. 4 11 18 25 Jm. 3 10 17 24 31

Sb. 5 12 19 26 Sb. 4 11 18 25

E A

Ah. 4 11 18 25 Ah. 3 10 17 24 31

Sn. 5 12 19 26 Sn. 4 11 18 25

Sl. 6 13 20 27 Sl. 5 12 19 26

Rb. 7 14 21 28 Rb. 6 13 20 27

Km. 1 8 15 22 29 Km. 7 14 21 28

Jm. 2 9 16 23 30 Jm. 1 8 15 22 29

Sb. 3 10 17 24 31 Sb. 2 9 16 23 30

R

Ah. 2 9 16 23 30

Sn. 3 10 17 24 31

Sl. 4 11 18 25

Rb. 5 12 19 26

Km. 6 13 20 27

Jm. 7 14 21 28

Sb. 1 8 15 22 29

Di bawah ini dimuatkan pula Kalender solar Year dari th. 1920 sampai dengan 2020 Masehi, angka tahun yang didahului tanda silang (x) maka Februari-nya terdiri dari 29 hari, dan kolom Januari dan Februari-nya juga ditandai dengan x.

X 1920 21 22

23 x 24 25 26 27 x

28 29 30 31 x 32 33

34 35 x 36 37 38 39

x 40 41 42 43 x 44

45 46 47 x 48 49 50

51 x 52 53 54 55 x

56 57 58 59 x 60 61

62 63 x 64 65 66 67

x 68 69 70 71 x 72

73 74 75 x 76 77 78

79 x 80 81 82 83 x

84 85 86 87 x 88 89

90 91 x 92 93 94 95

x 96 97 98 99 x 2000

01 02 03 x 04 05 06

07 x 08 09 10 11 x

12 13 14 15 x 16 17

18 19 x 2020

Januari 31 hari U C L E A R N

Pebruari 28 hari E A R N U C L

March 31 hari E A R N U C L

April 30 hari N U C L E A R

May 31 hari C L E A R N U

June 30 hari A R N U C L E

July 31 hari N U C L E A R

August 31 hari L E A R N U C

September 30 hari R N U C L E A

October 31 hari U C L E A R N

November 30 hari E A R N U C L

December 31 hari R N U C L E A

Penanggalan Hijriah 1351 sampai dengan 1450 dan penanggalan Masehi 1920 sampai dengan 2020 di atas dapat dijadikan berhadapan dalam satu halaman di mana kolom N U C L E A R memberikan keterangan tentang nama hari pada setiap bulan.

Manusia purbakala semenjak Adam sampai topan Nuh senantiasa memakai penanggalan musim. Yang demikian cocok sekali dengan maksud Ayat 9/36. Tetapi setelah topan Nuh, terjadilah pergantian musim karena Bumi melenggang zigzag ke selatan dan ke utara garis ekliptik sewaktu mengorbit pada lingkaran oval keliling Surya. Pergantian musim tersebut nyata mempengaruhi sosial ekonomi penduduk yang mendiami Temperatur Zone, maka penduduk Mesirlah yang pertama kali menjadikan pergantian musim untuk penanggalan sesuai dengan jadwal pertanian waktu itu, ditandai dengan bintang Sirius bersamaan terbitnya dengan Surya di ufuk timur. Menurut keterangan yang kita dapati, hal yang bersamaan juga berlaku pada bangsa Maya di Mexico, semenjak kira-kira 580 tahun sebelum Masehi.

Sewaktu Julius Caesar berada di Mesir, dia dapat mempelajari penanggalan musim, dan dengan pertolongan seorang astronom Greek bernama SOSIGENES, lalu berubah tradisi bangsa Roma yang ketika itu memakai Qamariah dengan penanggalan musim ditukar dengan July untuk kehormatan Caesar. Dia dilahirkan pada tahun 116 sebelum Masehi dan meninggal tahun 44 sebelum Masehi, sedangkan penanggalan musim itu mulai disyahkannya pada tahun 45 sebelum Masehi, yaitu satu tahun sebelum kematiannya.

Sewaktu penanggalan itu diuji ternyata cocok dengan pergantian musim yang satu tahunnya terdiri dari 365 hari 6 jam, mulailah bangsa lain, yang mulanya memakai Lunar Year, mengikuti penanggalan musim. The 1973 World Almanac And Book of Facts menyatakan bahwa penganut Protestan barulah memakai penanggalan musim pada permulaan abad 18 Masehi, Perancis pada tahun 1793, Jepang tahun 1873, China tahun 1912, Greek tahun 1924, dan Turkey tahun 1927.

Setelah enam belas abad, ternyata penanggalan musim yang disahkan Julius Caesar itu tidak tepat lagi sebagai tahun musim, karena memang lenggang Bumi ke utara dan ke selatan telah semakin berkurang sesuai dengan berkurangnya gerak pendulum bebas. Daerah kutub yang diliputi es semakin meluas sesuai dengan ketentuan Ayat 13/41 dan 21/44 hingga pernah dikatakan “Bumi jadi semakin dingin”, musim dingin lebih cepat datangnya daripada waktu lampau.

Maka Paus Georgery VIII memperpendek penanggalan tersebut dan menetapkan tanggal 4 oktober 1582 jadi tanggal 15 oktober, yaitu memperpendek sebelas hari, didasarkan pada pergantian musim yang berlaku tidak cocok lagi dengan penanggalan Julius Caesar, dan bahwa waktu dalam tahun musim telah semakin berkurang. Tepatnya waktu itu ialah 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik. Penanggalan inilah yang masih dipakai sampai pada abad 20 Masehi di antara berbagai bangsa.

Sebagai akibat dari kalender Georgery ini, maka Inggris dan daerah kolonialnya di Amerika merubah tanggal 3 September 1752 jadi tanggal 14 September, hingga kelahiran George Washington yang mulanya dicatat tanggal 11 Pebruari 1731 harus dirubah menjadi tanggal 22 Pebruari 1731. Sementara itu timbul pula perbedaan pendapat mengenai hari kelahiran Jesus yang dinyatakan 25 Desember, ada yang menyatakan 4 tahun sebelum tahun Masehi yang berlaku, hingga tahun 1990 kini haruslah ditulis tahun 1994.

Namun Julius Caesar telah benar di zamannya, begitupun Paus Georgery VIII di zamannya, keduanya menyusun penanggalan musim yang cocok pada zaman masing-masing, tetapi waktu pergantian itu sendiri yang telah berkurang. Dan benarlah pula pernyataan Encyclopedia Americana 1975 jilid 9 halaman 588 bahwa penyimpangan ekuator Bumi dari garis ekliptik keliling Surya tercatat 23° 27’ pada tahun 1975, dan berkurang terus menerus 0° 75’ setiap seratus tahun.

Penanggalan musim yang disebut dengan tahun Masehi kini bukanlah didasarkan atas edaran Bumi keliling Surya, karena Julius Caesar dan Paus Georgery VIII sendiri masih menyangka bintang-bintang mengitari Bumi dan mereka belum mengetahui keadaan Bumi sebenarnya. Tetapi anehnya masyarakat manusia kini masih berpegang pada penanggalan musim tersebut bahkan mengira bahwa orbit Bumi keliling Surya adalah menjadi dasar dan cocok dengan penanggalan itu.

Suatu hal yang selama ini kurang diperhatikan penduduk Bumi yaitu penanggalan musim itu hanyalah menguntungkan penduduk Temperatur Zone belahan utara, sembari merugikan penduduk belahan selatan, terutama mengenai masa libur. Mereka bertahun baru tanpa dasar tertentu, dan berbulan baru sewaktu Bulan di angkasa purnama raya.

Di bawah kita kutipkan pula Kalender Masehi sampai 2400 disusun oleh G.M Clemence, United States Naval Observactory:

Kalender tahun 1 sampai dengan 2400 Masehi

Huruf berganda dipakai untuk tahun kabisat, huruf pertamanya bagi January dan February, sedangkan huruf keduanya bagi bulan-bulan lain. Sebagai contoh, misalnya tanggal 4 July 1960, pertama kali tariklah angka 1900 ke bawah dan angka 60 ke kanan, di titik persekutuan didapat huruf CB. Bawalah huruf B ini ke kolom tengah setantang dengan bulan July, lalu pada kolom yang tepat di bawah B ini tercantum Senen, tanggal 4 July 1960 yang dicari.

Kalender Julius Caesar diperbaiki Paus Georgery VIII setelah 16 abad, dan perbaikan itu sudah berlangsung 4 abad, karenanya sekarang wajar sekali timbul pendapat yang menyatakan pergantian musim tidak cocok lagi dengan penanggalan Masehi. Penanggalan inilah yang dimaksud ALLAH pada Ayat Suci:

9/37. Bahwa pengunduran (dengan kalender musim) ialah penambahan dalam kekafiran. Dengannya

disesatkan orang-orang kafir. Mereka menghalalkannya pada satu musim dan mengharamkannya

pada satu musim untuk menguasai bilangan yang ALLAH haramkan, lalu menghalalkan yang

ALLAH haramkan. Dihiasi untuk mereka kejahatan amal mereka dan ALLAH tidak menunjuki

kaum kafir.

Kalender Julius Caesar Kalender Paus Geogery VIII

Tahun 100 200 300 400 500 600 : 1500 1600 1700 1800 1900

700 800 900 1000 1100 1200 1300 : 2000 2100 2200 2300

1400 1500

0 DC ED FE MF AM BA CB : .. BA C E N

1 29 57 85 B C D E F M A : F M B D F

2 30 58 86 A B C D E F M : E F A C E

3 31 59 87 M A B C D E F : D E M B D

4 32 60 88 FE MF AM BA CB DM ED : CB DC FE AM CB

5 33 61 89 D E F M A B C : A B D D A

6 34 62 90 C D E F M A B : M A C E M

7 35 63 91 B C D E F M A : F M B D F

8 36 64 92 AM BA CB DC ED FE MG : ED FE AM CB ED

9 37 65 93 F M A B C D E : C D F A C

10 38 66 94 E F M A B C D : B C E M B

11 39 67 95 D E F M A B C : A B D F A

12 40 68 96 CB DC ED FE MF AM BA : MF AM DB ED MF

13 41 69 97 A B C D E F M : E F A C E

14 42 70 98 M A B C D E F : D E M B D

15 43 71 99 F M A B C D E : C D F A C

16 44 72 .. ED FE MF AM CB CB DC .. .. ED ED MF BA

17 45 73 .. C D E F M A B : .. A C E D

18 46 74 .. B C D E F M A : .. M B D F

19 47 75 ..A A B C D E F M .. .. F A C A

20 48 76 .. MF AM BA CB DC ED FE : .. ED MF BA DC

21 49 77 .. E F M A B C D : .. C E M B

22 50 78 .. D E F M A B C : .. B D F A

23 51 79 .. C D E F M A B : .. A C E M

24 52 80 .. BA CB DC ED FE MF AM : .. MF BA DC FE

25 53 81 .. M A B C D E F : .. E M B D

26 54 82 .. F M A B C D E : C D F A C

27 55 83 .. E F M A B C D : B C E M B

28 56 84 .. DC ED FE MF AM BA CB : AM BA DC FE AM

Bulan …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

January, October ………………………………………………………………………A B C D E F M

Pebruary, March, November ………………………………………………D E F M A B D

April, July ……………………………………………………………………………………M A B C D E F

May …………………………………………………………………………………………………………B C D E F M A

June ………………………………………………………………………………………………………E F M A B C D

August …………………………………………………………………………………………………C D E F M A B

September, December ………………………………………………………………F M A B C D E

Hari ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

1 8 15 22 29 Ah. Sb. Jm. Km. Rb. Sl. Sn.

2 9 16 23 30 Sn. Ah. Sb. Jm. Km. Rb. Sl.

3 10 17 24 31 Sl. Sn. Ah. Sb. Jm. Km. Rb.

4 11 18 25 .. Rb. Sl. Sn. Ah. Sb. Jm. Km.

5 12 19 26 .. Km. Rb. Sl. Sn. Ah. Sb. Jm.

6 13 20 27 .. Jm. Km. Rb. Sl. Sn. Ah. Sb.

7 14 21 28 .. Sb. Jm. Km. Rb. Sl. Sn. Ah.

Ingatlah bahwa sesudah tanggal 4 Oktober 1582 harus ditulis tanggal 15 Oktober 1582 dan selanjutnya.

ALLAH melarang orang memakai penanggalan didasarkan atas pergantian musim, karena tidak permanen bahkan selalu makin berkurang waktunya, menguntungkan penduduk belahan utara untuk sementara tetapi merugikan penduduk di selatan untuk selamanya, apalagi di daerah kutub di mana satu tahunnya terdiri dari satu siang dan satu malam. Penanggalan itu menghilangkan nilai empat bulan terlarang yang pada awal abad 15 Hijriah hampir tidak dihiraukan oleh orang-orang Islam sendiri karena masih melakukan buruan di daratan Bumi pada bulan-bulan itu. Dan yang paling terkesan ialah bahwa penanggalan musim itu telah memperbanyak hari libur di antara masyarakat Islam, ditambah dengan wajib puasa pada bulan Ramadhan.

Dinyatakan bahwa penanggalan musim itu selaku pengunduran yaitu mengundurkan jumlah hari setahun dari 355 menjadi 365 pada abad 15 Hijriah, dan dinyatakan penambahan dalam kekafiran karena penanggalan itu menyebabkan tanggal-tanggal penting dalam Islam jadi tidak menentu, tida ada kepastian. Penanggalan itu juga yang menyebabkan orang berlibur mingguan terbukti dengan nama Friday dan Sunday yaitu hari untuk libur lainnya waktu mana hukum Islam sulit terlaksana. Akhirnya pemakai penanggalan musim menghalalkan yang secara jelas diharamkan ALLAH itulah penambahan dalam kekafiran.

ALLAH menyatakan agar penanggalan didasarkan pada orbit Bumi dan orbit Bulan seperti pada Ayat 9/36, dan lebih jelas pada Ayat Suci yang artinya:

2/189. Mereka bertanya padamu tentang hilal, katakanlah “Dia adalah penentuan waktu bagi

manusia dan Haji, dan tiada kebaikan bahwa kamu mendatangi rumah-rumah (penanggalan)

dari belakangnya, tetapi kebaikan itu ialah siapa yang menginsyafi. Datangilah rumah-

rumah dari pintu-pintunya. Insyaflah pada ALLAH semoga kamu menang.

2/197. Haji itu pada bulan-bulan tertentu. Siapa yang telah wajib Hajji dalamnya, maka tiada

lagi jimak dan tiada kefasikan juga tiada perbantahan dalam Hajji. Apapun yang kamu

lakukan dari kebaikan, ALLAH mengetahuinya. Dan tambahlah, maka tambahan yang baik

ialah keinsyafan, dan insyaflah pada-KU hai penyelidik.

Hilal yaitu bulan baru atau Bulan sabit yang waktunya ditentukan ALLAH 12 kali dalam satu tahun, dinyatakan dalam Ayat 10/5 dan 9/36. Itulah yang harus dijadikan dasar penanggalan. Selama 12 bulan itu ada 4 bulan terlarang waktu mana wajib Hajji berlaku bagi siapa yang menyanggupi. Kewajiban ini kita bicarakan insya Allah pada lain waktu. Tetapi dari maksud Ayat 2/189 tadi dapat diketahui bahwa orang tidak boleh mendatangi rumah-rumah dari belakangnya tetapi hendaklah mendatangi rumah dari pintu-pintunya, dan tiada seorang sehat yang memasuki rumah dari belakang yang tidak berpintu. Tetapi yang dimaksud ALLAH dalam Ayat Suci itu, sekalipun tampaknya wajar dan lumrah saja, adalah mendatangi atau memasuki bulan penanggalan setiap tahun mesti dari Hilal Bulan yang dinyatakan pada awal Ayat 2/189 itu sendiri.

Hendaklah orang berbulan baru di waktu Hilal Bulan mulai ada di ufuk barat di senja hari yang berlaku pada penanggalan Qamariah, tetapi orang yang memakai penanggalan musim tidak memperdulikan Hilal Bulan itu bahkan mereka sering berbulan baru di waktu Bulan telah purnama. Hal ini dinyatakan ALLAH sebagai mendatangi rumah dari belakang tidak berpintu, dan pada Ayat 9/37 dinyatakan sebagai menambah pada kekafiran.

Jika penangalan musim tidak didasarkan pada orbit Bumi keliling Surya dan tidak pula pada orbit Bulan keliling Bumi, disusun hanya untuk keuntungan pertanian penduduk belahan utara buat sementara, dan selalu merugikan penduduk belahan selatan, maka penanggalan Qamariah didasarkan atas orbit kedua benda angkasa tadi secara logis dan adil bahkan menguntungkan semua orang.

Dengan memakai penanggalan Qamariah, akan berlaku:

1. Ibadah puasa bulan Ramadhan untuk 18 tahun berlangsung pada musim semi dan musim panas di

setiap Temperatur Zone, dan 18 tahun kemudiannya berlangsung pada musim gugur dan musim

dingin secara bergantian. Sekiranya bulan Ramadhan itu diganti dengan July atau January maka

keadilan tadi tidak akan berlaku. Demikian pula ibadah Hajji ke Makkah.

2. Penanggalan dengan mudah dapat diketahui setiap hari, berdasarkan keadaan Bulan di angkasa

dan berlaku permanen pada tanggal tertentu setiap bulan, hal mana tidak mungkin diketahui

pada penanggalan musim.

3. 31 bulan pada Lunar Year sama dengan 30 bulan Solar Year, hal mana menguntungkan pekerja

bulanan dan orang-orang yang digaji menurut penanggalan.

4. Penanggalan Qamariah sifatnya tetap tanpa perubahan di Bumi, demikian pula di planet-planet

lain menurut Ayat 9/36. Nanti akan diketahui apakah kecepatan orbit Bulannya sama dengan

kecepatan Bulan kita atau tidak, tetapi jelas sekali bahwa pergantian musim di setiap planet

tidak wajar dijadikan dasar penanggalan.

 

Salamun ‘ala manittaba al Huda

 Buku_Nazwar_Syamsukoe

 

 

ARMANSYAH

http://armansyah.swaramuslim.net

https://arsiparmansyah.wordpress.com

http://rekonstruksisejarahisaalmasih.wordpress.com

Fenomena al-Qiyadah al-Islamiah sebagai Neo Khawarij

—– Original Message —–

From: ARMAN (GMAIL)

To: milis_iqra@googlegroups.com

Sent: Monday, October 08, 2007 8:13 AM

Subject: Fenomena al-Qiyadah al-Islamiah sebagai neo Khawarij

Basmalah

– Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang –

 

Salam al-Huda

– Keselamatan atas mereka yang mengikuti petunjuk –

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
-Qs. 5 al-Maaidah ayat 3

Ayat diatas merupakan suatu dalil naqly yang bersifat pasti tentang kesempurnaan ajaran Islam yang sudah diturunkan kepada manusia melalui Rasulullah Muhammad SAW. Dengan adanya pernyataan tersebut maka segala bentuk perbuatan, lebih-lebih yang berorientasikan kepada peribadahan vertikal kepada Allah haruslah sesuai dengan apa yang sudah ditentukan didalam kitab suci al-Qur’an itu sendiri. Tidak ada lagi penyempurnaan-penyempurnaan yang harus dilakukan terhadap agama ini oleh siapapun dan dimasa kapanpun juga setelah hari dimana ayat tersebut diatas turun. Tidak ada kecacatan maupun kekurangan dari Islam yang dibawa oleh Muhammad sehingga memerlukan tangan-tangan diluarnya untuk menutupi kelemahan tersebut sehingga dapat membenarkan berbagai klaim kerasulan atau kenabian sesudahnya yang dilontarkan oleh banyak manusia diluar beliau SAW. Praktis karena itupula maka apa yang dinyatakan dalam surah al-Ahzaab ayat 40 tentang pernyataan Muhammad selaku Khotamannabiyyin telah terpenuhi dengan sendirinya.

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-lakipun diantara kamu, tetapi dia adalah Rasul Allah dan penutup para Nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. -Qs. 33 al-Ahzaab ayat 40

Fase-fase kegelapan telah hilang dengan diutusnya Muhammad serta penyempurnaan ajaran yang dibawa olehnya.

Katakanlah : “Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak akan terulangi”. -Qs. 34 Sabaa’ ayat 49

Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. – Qs. 17 al-Israa ayat 81

Kebenaran adalah sesuatu yang sifatnya pasti dan tidak mungkin bercampur dengan kebatilan meski sedikitpun sebagaimana kebenaran tersebut dinyatakan sendiri terhadap wahyu al-Qur’an.

Yang tidak datang kepadanya kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. -Qs. 41 Fushishilat ayat 42

Dengan demikian, bila ada yang dengan angkuhnya berkata bahwa dia adalah seorang utusan Tuhan yang diperintahkan untuk memurnikan ajaran Islam melalui pembatalan sejumlah hukum-hukum yang sudah ditetapkan oleh al-Qur’an melalui Muhammad Rasul Allah, tentu pernyataan yang seperti itu adalah pernyataan yang batil adanya.

Hari-hari terakhir ini semakin marak saja bermunculan gerakan-gerakan yang mengatasnamakan kebenaran agama ditengah masyarakat. Bermacam-macam pola dan pemahaman yang mereka ajukan, ada yang mengekor pada gerakan-gerakan pendahulunya dan ada pula yang bersifat baru dengan mengambil baju penyatuan agama (seperti konsep Baha’i) atau liberalisme.

Pada umumnya gerakan-gerakan itu terbagi atas Mahdiyah (konsep mengenai Imam Mahdi atau Ratu Adil), Messianisme (Ratu adil dengan meminjam nama Isa al-Masih), ada pula percampuran antara Mahdiyah dan Messianisme (misalnya gerakan Ahmadiyah dan Salamullah alias Lia Eden), ada yang bersifat Prophetic (paham kenabian baru misalnya al-Qiyadah al-Islamiah alias kelompok al-Qur’an suci, gerakan Ahmadiyah Qadiyan dan sebagainya).

Isu-isu yang dilontarkan lebih banyak kepada ketimpangan sosial yang dihadapi oleh masyarakat pada setiap masanya sehingga membuat sekelompok orang beragama merasa kecewa terhadap agamanya sendiri atau lebih tepatnya lagi kepada sistem keberagamaan yang dianut serta digembar-gemborkan pada komunitas mereka.; Agama yang selama ini oleh mereka diyakini sebagai jalan keluar dari semua permasalahan dan agama yang selama ini mereka yakini mampu mendidik manusia kepada moralitas yang baik, pada praktek dilapangan justru menimbulkan kemudharatan yang dibuktikan dengan semakin menjadi-jadinya kerusakan akhlak, pertumpahan darah, penghancuran alam semesta dan lain sebagainya.

Terkadang tidak bisa disalahkan timbulnya gerakan-gerakan tersebut pada dasarnya berawal dari kebekuan (stagnanisasi) serta adanya polarisasi dalam umat Islam sendiri didalam memahami dan mengaktualkan ajaran agamanya terlebih dalam pemahaman al-Qur’annya. Jadi istilahnya gerakan ini merupakan gerakan pemberontakan.

Muhammad SAW tidak bisa disalahkan atas semua penyimpangan yang ada terhadap ajaran yang beliau bawa sama seperti Isa al-Masihpun tidak bisa dikambing hitamkan sebagai pembuat keonaran hanya karena umat sepeninggal beliau melakukan intervensi maupun distorsi terhadap risalah-risalah ilahiah yang sudah disampaikan.

Adalah aku menjadi saksi terhadap mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. -Qs. 5 al-Ma’idah ayat 117

Apabila kita mundur kebelakang, maka dimasa awal Islam, perpecahan itu sendiri sudah ada sejak generasi pertama (awwalun) yang konon disebut-sebut sebagai generasi terbaik, dimulai dari timbulnya gerakan Syi’ah yang merupakan pemberontakan terhadap sikap sejumlah sahabat dalam suksesi kepemimpinan dihari wafatnya Rasulullah SAW yang dianggap sebagai bentuk penzaliman terhadap hak-hak Imamiah atau kekhalifahan para Ahli Bait Nabi dibawah kepemimpinan Ali bin Abu Thalib dan keturunannya.

Memang gerakan tersebut berhasil diredam sendiri oleh Ali bin Abu Thalib dan kedua puteranya Hasan dan Husien (dua cucunda tercinta Nabi Muhammad SAW), tetapi tidak bisa dipungkiri perselisihan yang sudah mulai terbentuk antara kubu pencinta Ahli Bait dengan kubu rezim Abu Bakar, Umar dan Usman ini adalah awal dari keberuntunan perselisihan sesudahnya.

Ketika perang antara Imam Ali sebagai khalifah umat Islam yang syah melawan pemberontakan Muawiyah bin Abu Sofyan dengan hasil akhir tahkim (perdamaian), timbullah gerakan Khawarij yang tidak puas dengan sikap sang Imam sehingga kelak pada satu subuh disuatu bulan Ramadhan, gerakan Khawarij ini berhasil membunuh Imam Ali bin Abu Thalib.

Pasca terbunuhnya suami dari puteri Rasulullah ini, maka perpecahan didalam Islam tidak lagi bisa dibendung, perpecahan yang semuanya berawal dari rasa ketidakpuasan antara satu pihak dengan pihak yang lain, pemberontakan yang muncul dari tidak terlindunginya hak-hak yang lemah dari yang kuat atau berkuasa.

Perjalanan panjang catatan perselisihan ditubuh internal Islam kemudian menurunkan berbagai macam madzhab, aliran atau sekte yang masing-masing mengklaim sebagai kebenaran. Manakala orang sudah mulai sibuk dengan sunnah, maka muncul gerakan ingkar sunnah, manakala orang berada dibawah tekanan-tekanan psikologis dan rezim yang kejam maka timbullah harapan-harapan akan kehadiran seorang pembebas, seorang ratu adil, seorang Messias, seorang Mahdi yang akan bangkit melawan semua kezaliman terhadap mereka. Akan tetapi bila kemudian disebut-sebut bahwa Islamnya yang memiliki kecacatan, jelas pernyataan tersebut masih sangat layak untuk ditinjau kembali otoritasnya.; Islam tidak salah, tetapi yang mengamalkan Islam itulah yang salah.

Karenanya tidak semua gerakan ala pemberontakan inipun secara otomatis bisa dijustifikasi secara general sebagai suatu hal yang menyimpang, meski memang tidak sedikit juga yang sangat tidak bisa dibenarkan.; Misalnya gerakan yang bisa dikatakan tidak menyimpang adalah gerakan aktualisasi model Muhammadiyah, Persis, atau juga al-Manarnya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Dimana gerakan-gerakan tersebut merupakan suatu aksi yang menuntut masyarakat Islam kembali kepada ajaran al-Qur’an yang telah dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW dan mengamalkan apa yang terdapat didalamnya secara konsekwen.

Namun manakala sebuah gerakan mengajarkan batalnya risalah sholat, batalnya risalah puasa, batalnya kepenutupan kenabian Muhammad dan lain sebagainya yang menyerupainya, maka inilah gerakan yang disebut sebagai penyimpangan.

Sejak Islam dinyatakan sempurna, maka tidak ada pembatalan dalam syariat-syariatnya dalam kondisi serta situasi seperti apapun sesudahnya sebab jika tidak demikian maka pernyataan penyempurnaan yang terkandung tersebut akan kehilangan substansinya.

Orang boleh-boleh saja mengatakan jaman sekarang adalah jaman jahiliyah atau lebih buruk daripada itu, tetapi akan sangat salah besar apabila menyebut dijaman yang berlaku sekarang ini sebagai jamannya Makkiyah dimana semua syariat agama berhenti untuk diamalkan.

Sesungguhnya kebaikan dan keburukan akan selalu ada sepanjang masa dan sepanjang kehidupan manusia itu sendiri, menjadi sebuah anekdot saja bila kita bermimpi untuk menghapuskan seluruh keburukan dimuka bumi ini, ibarat punuk merindukan bulan.

Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan ketaqwaan -Qs. 91 Asy-Syams ayat 8

Dari ayat tersebut maka harusnya kita sadar bahwa kehidupan itu sendiri identik dengan buruk dan baik, benar dan salah, gelap dan terang, hitam dan putih.; Manakala kita bermimpi untuk membuat segalanya menjadi putih, membuat segalanya menjadi benar, membuat segalanya menjadi baik maka saat itu kita sudah merubah sistem berpikir kita kepada suatu fatamorgana dimata al-Qur’an, kita sudah hendak memusnahkan nilai-nilai kehidupan yang ditentukan oleh ALLAH itu sendiri, kita sudah hendak merombak system atau sunnatullah yang diberlakukan sejak dari awal penjadian alam semesta.

Masih ingat bagaimana dahulu para Malaikat sempat bertanya kepada ALLAH tentang penciptaan manusia sebagai khalifah ?

Ingatlah, saat Tuhanmu berkata kepada para malaikat : ‘Aku bermaksud untuk menjadikan seorang khalifah dibumi !’ ; Mereka bertanya : ‘Kenapa Engkau hendak menjadikan dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan didalamnya dan menumpahkan darah ? ; Padahal kami selalu bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau ? ; Dia menjawab : ‘Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa saja yang tidak kamu ketahui.’ – Qs. 2 al-Baqarah : 30

Saat Allah menyebutkan bahwa Dia hendak menjadikan manusia sebagai Khalifah dibumi, maka malaikat menangkap kesan bahwa keburukan akan mewarnai dunia, namun ALLAH memiliki rencana-Nya sendiri dibalik semua itu, kalimat-kalimat dalam ayat ini juga mengindikasikan kuat bahwa Allah memang tidak menjadikan manusia identik dengan malaikat yang selalu berada dalam fitrah kebaikan, atau dengan kata lain, fitrah manusia itu adalah Ya dan Tidak, Baik dan Buruk, Benar dan Salah.

Semua itu merupakan identitas atau jati diri seorang manusia yang tidak akan terbantahkan maupun teringkari sampai kapanpun dan oleh siapapun, tinggal lagi sejauh mana sang manusia tersebut mengendalikan keburukan, kesalahan atau sifat-sifat negatif didalam dirinya dengan mendominasinya dengan perbuatan baik, dengan kebenaran atau pensucian jiwanya.

Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri -Qs. 87 al-A’laa ayat 14

Lalu apa tugas manusia yang ditugaskan menjadi Khalifah ?

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu -Qs. 2 al-Baqarah :29
Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya – Qs. 11 Huud : 61

Jadi, manusia ini memiliki tugas untuk memberdayakan semua potensi alam yang ada sehingga terciptalah kemakmuran dan keseimbangan dibumi yang manfaatnya bisa membawa kebaikan untuk semua makhluk Allah yang hidup dan tinggal didalamnya, dan karena ini juga kenapa Islam disebut Rahmatan Lil ‘Aalamin.

Keberadaan manusia bukan sekedar untuk disuruh sholat, berpuasa atau ritual berhaji semata … Islam adalah ajaran yang realistis, menyadari potensi kefitrahan yang ada pada diri manusia dan bukan malah untuk membelenggunya.

Perhatikan :

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu untuk negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di duniawi serta berbuat baiklah seperti Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan dibumi.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. – Qs. 28 al-Qashash : 77

Saya sering membuat perumpamaan ini dengan kehidupan sehari-hari …
Bahwa kita semuanya adalah karyawan-karyawan Allah yang bekerja sesuai dengan apa yang sudah Dia tetapkan dalam perusahaan maha besar-Nya ini.

Pertama sebelum memulai bekerja, kita sudah terlebih dahulu menandatangani nota kesepahaman bersama :

Dan saat Tuhanmu mengeluarkan anak cucu Adam dari tulang-tulang belakang mereka, dan Dia jadikan mereka saksi atas Nafs (anfus) mereka : ‘Bukankah Aku Tuhan kamu ?’ ; Mereka berkata : ‘Betul ! kami menyaksikan.’ ; Hal ini agar kamu tidak dapat berkata dihari kiamat : ‘Sungguh kami lalai dari perjanjian ini’. – Qs. 7 al-A’raf : 172

Selanjutnya, mulailah proses kerja kita dari nol, lahirlah kita … dari tidak bisa apa-apa, tidak kenal siapapun secara lambat laun dengan adanya pembelajaran dan proses waktu, kita semakin bisa berinteraksi dengan orang lain, semakin bisa mengeksploitasi kemampuan diri untuk menjadi pekerja seperti para pekerja lainnya hingga kitapun akhirnya bisa bersaing dalam menunjukkan prestasi kerja yang terbaik.

Sebagai pekerja, kita terikat dengan berbagai aturan yang ditetapkan oleh sang pengusaha dimana kita bekerja, mulai dari yang sifatnya disiplin waktu, efektifitas sampai kepada produktifitas. Dan itulah kita, terlahir kedunia untuk kemudian menjadi dewasa dan mengerti …. terikat dengan semua aturan yang sudah dibuat oleh Allah sebagai owner dari perusahaan alam semesta mulai dari hal yang paling sepele sampai kepada aturan yang paling kompleks.

Seorang pekerja berkaitan dengan disiplin waktu misalnya, dia harus masuk jam 08.00 tepat dan pulang jam 17:00, sementara pukul 12:00 siang sampai pukul 13:00 para pekerja boleh beristirahat dan diatas pukul 17:00 diperbolehkan pulang kerja, peraturan itu harus ditaati oleh semua karyawan demi adanya keteraturan pekerjaan yang harmonis kecuali tentunya oleh karyawan-karyawan yang memang memiliki shift kerja berbeda, dan ada waktu-waktu lebih yang bisa kita pergunakan sebagai bentuk loyalitas kepada perusahaan dan adapula waktu lembur..

Saat bekerja, kitapun di-ikat dengan peraturan lain misalnya karyawan bagian produksi harus menggunakan seragam kerja tertentu, tidak boleh merokok dilingkungan mesin, tidak boleh bermain games komputer, tidak boleh rambut panjang untuk pria, tidak boleh berkelahi atau mengumbar kekerasan, ancaman dan sebagainya dan seterusnya, masing-masing pekerja harus bisa bekerja sama satu dengan yang lain, saling ingat-mengingatkan apabila rekannya berbuat kesalahan namun setiap karyawanpun harus bertanggung jawab secara pribadi atas pekerjaan dan tugas yang diwajibkan kepadanya dan sejumlah aturan lainnya.

Manakala ada peraturan-peraturan perusahaan yang dilanggar, maka konsekwensinya kita harus menerima sanksi yang sudah ditetapkan sesuai dengan peraturan yang sudah kita langgar … semakin besar tingkat kesalahan yang kita lakukan maka semakin besar pula resiko yang harus kita terima …

Demikianlah ajaran Islam secara realitanya, bahwa hidup kita terikat dengan semua peraturan yang sudah diperlakukan atau diundang-undangkan oleh-Nya sebagaimana bisa didapatkan dalam al-Qur’an, bahwa sebagai individu kita memiliki kewajiban mendirikan sholat, memunaikan dzakat, berpuasa, berhaji, menutup aurat, mencari rezeki, mencari ilmu dan seterusnya.

Bila kita melakukan perbuatan-perbuatan standar tadi maka kita akan mendapatkan apa yang disebut sebagai pahala, dalam dunia kerja kita mendapatkan upah atau gaji, ya kita adalah karyawannya Allah, saat kita bekerja sesuai dengan standar yang Dia tetapkan maka Dia-pun akan memberikan upah kepada kita, dan upah itu ada yang sifatnya langsung didunia ini adapula yang sifatnya tidak langsung atau dirapel diakhirat kelak.

Upah dari Allah didunia ini bermacam-macam bentuknya, ada berupa lancarnya rezeki, jodoh, pekerjaan maupun kemudahan usaha, sebagaimana firman-Nya :

Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya dan Dia telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. -Qs. 65 at-Thalaaq :3

Adapun upah diakhirat, maka bisa jadi itu berupa keampunan atau syafaat Allah bagi kita atas apa yang sudah kita perbuat selama hidup didunia :

Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan. -Qs. al-Baqarah 2:175

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga kepada mereka. -Qs. 9: at-Taubah 111

Kita harus tahu, bahwa sesungguhnya Allah sudah memberikan aturan dasar dan aturan rumah tangga dalam berproses dikehidupan ini dimana aturan-aturan tersebut disatu sisi mengikat diri kita selaku individu dan disisi yang lain mengikat diri kita dan juga orang lain dalam sebuah kelompok atau persaudaraan Islamiah.

Sebagai individu, kita diberikan kewajiban-kewajiban untuk menjalani semua yang sudah Dia perintahkan, misalnya kewajiban mendirikan sholat dan berbuat kebajikan, itu mutlak dalam kondisi bagaimanapun dan lingkungan seperti apapun, bila ada orang yang berkata sholat tidak mutlak karena lingkungan kita tidak kondusif atau tidak menjalankan perintah Allah secara kaffah, maka saya katakan dengan tegas bahwa orang itu sudah keblinger otaknya ! Siapapun dia !

Kenapa saya bilang demikian ?
Firman Allah :

Dirikanlah sholat, sungguh ini merupakan kewajiban yang ditentukan waktunya bagi orang-orang yang beriman – Qs. 4 an-nisaa’ :103- 104

Perintah mendirikan Sholat adalah salah satu perintah yang berkaitan dengan kedisiplinan pendayagunaan waktu dan memiliki dekadensi juga dengan pembangunan moralitas kepribadian, ada waktu-waktu tertentu disiapkan kepada kita untuk memberikan laporan kepada Allah dalam satu harinya maka itu harus tetap dilakukan bagaimana juga situasi dan kondisi yang ada pada diri kita, bahkan dalam keadaan sakitpun ada aturan mainnya sebagai sebuah bentuk penegasan kewajiban mutlak yang tidak bisa dilanggar.

Dari ‘Ali, r.a, katanya : bersabda Nabi Saw : ‘ Sholatlah orang yang sakit dengan berdiri jika ia bisa ; bila tidak mampu maka sholatlah dengan duduk ; jika tidak mampu untuk sujud, isyaratkan saja dengan kepala ; dan dijadikannya sujudnya itu lebih rendah dari ruku’nya ; jika tidak mampu sholat duduk, maka sholatlah sambil berbaring kekanan serta menghadap kiblat; jika tidak mampu juga maka sholatlah dengan menelentang ; sedang kedua kakinya membujur kearah kiblat’ – Hadis Riwayat Daruquthni

Nabi Saw datang kerumah zainab (salah seorang puteri beliau)
Kebetulan disitu ada tali terbentang antara dua tonggak; Nabi bertanya : tali apa ini ? Orang banyak menjawab : tali untuk zainab apabila ia letih mengerjakan sholat berpeganglah ia ditali itu ; sabda Nabi : Tidak boleh, bukalah ! Hendaklah kamu mengerjakan sholat menurut kesanggupannya ; apabila telah letih, duduklah – Hadis Riwayat Bukhari

Sebagai manusia yang hidup dalam kelompok manusia-manusia lainnya, maka kitapun diwajibkan untuk menyerukan pesan-pesan ilahiah berupa kebenaran didalam komunitas kita berada.

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung. -Qs. 3: ali Imran 104

Barangsiapa melihat kemungkaran maka hendaklah dia mengubahnya dengan tangannya. Dan bila dia tidak sanggup, hendaklah dia mengubahnya dengan lisannya. Dan bila dia tidak sanggup maka dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman. – Riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri

Akan tetapi, ingat, setiap orang memiliki tanggung jawabnya masing-masing terhadap Allah, kita tidak diminta pertanggung jawaban terhadap lingkungan kita selama kita sudah berusaha untuk melakukan perbaikan ataupun menyerukan agar diterapkannya peraturan Allah didalamnya, terlepas apakah lingkungan kita itu menerima atau menolaknya.

Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka.Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan – Qs. 42 Asy-Syuura : 48

Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. – Qs. al-Baqarah 2:272

Katakanlah:”Kamu tidak akan ditanya tentang apa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya tentang apa yang kamu perbuat”. -Qs. 34 Sabaa’ :25

Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarah, dan jika ada kebajikan sebesar zarah, niscaya Allah akan melipat gandakan dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. -Qs. an-Nisa’ 4:40

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak mereka bersedih hati. -Qs. al-Baqarah 2:277

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menginginkan kesukaran bagimu – Qs. 2 al-Baqarah : 185

Adanya gerakan baru ditengah umat Islam Indonesia yang mempolitisir ayat-ayat al-Qur’an sedemikian rupa sehingga dengan alasan bahwa negara kita masih berhukum dengan hukum Taghut (non-ilahiah) maka tidak ada kewajiban atas diri kita untuk melakukan sholat atau ibadah wajib lainnya sebab menurut mereka apa yang kita lakukan itu hanya sia-sia.

Ingatkan pesan saya ini kepada semua orang Muslim yang anda kenal, waspadai doktrin menyesatkan ini, bahkan saya memandang doktrin golongan ini jauh lebih berbahaya daripada doktrin kaum anti hadis … ini sama parahnya dengan misi Kristenisasi !

Sekali lagi, gunakan akal sehat untuk memikirkan ayat-ayat Allah … doktrin semacam itu JELAS bertentangan dengan isi kitab suci al-Qur’an.

Jika kamu berbuat baik, maka kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka itu juga untuk dirimu sendiri -Qs. 17 al-israa’ : 7

Golongan ini menganggap kita ini berada dalam tatanan Mekkah yang menyembah berhala, berhukum tidak dengan hukum yang diturunkan Allah … karenanya Sholat tidak perlu.

Kita tahu ibadah Sholat itu sudah diwajibkan oleh Allah jauh sebelum Mekkah ataupun Nabi Muhammad lahir kedunia ini … semua Nabi dan Rasul bahkan umat mereka masing-masing sudah mendapatkan perintah Sholat ini, jadi sholat bukan merupakan ibadah yang berhubungan dengan kondisi Mekkah atau Madinah semata.

Perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan sholat ; dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya – Qs. 20 thaahaa: 132

Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’. – Qs. 2 al-Baqarah : 43

Jagalah dirimu dari hari dimana seseorang tidak dapat membela orang lain walau sedikitpun dan hari tidak diterima permintaan maaf serta tidak ada tebusan baginya dan tidaklah mereka akan ditolong -Qs. 2 al-Baqarah : 48

al-Quran secara tegas menyatakan bahwa Sholat sudah dilakukan oleh umat-umat sebelumnya, seperti perintah Sholat kepada Nabi Ibrahim dan anak cucunya [Lihat surah 21 al-anbiya ayat 73 dan surah 19 Maryam ayat 55], kepada Nabi Syu’aib [Lihat surah 11 Huud ayat 87], kepada Nabi Musa [Lihat surah 20 Thaahaa ayat 14] dan kepada Nabi Isa al-Masih [Lihat surah 19 Maryam ayat 31]. Pernyataan al-Qur’an tersebut dibenarkan juga oleh cerita-cerita yang ada dalam Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang mengisahkan tata cara beribadah para Nabi sebelum Muhammad yaitu ada berdiri, ruku dan sujud yang jika dirangkai maka menjadi Sholat seperti Sholatnya umat Islam (silahkan merujuk pada Kitab Keluaran 34:8, Kitab Mazmur 95:6, Kitab Yosua 5:14, Kitab I Raja-raja 18:42, Kitab Bilangan 20:6, Lukas 22:41, Markus 14:35).

Dari kenyataan ini, maka jelas bagi umat Islam bahwa Sholat sudah menjadi suatu tradisi dan ajaran yang baku bagi semua Nabi dan Rasul Allah sepanjang jaman, sebagaimana firman-Nya :

Sebagai ketentuan Allah yang telah berlaku sejak dahulu, Kamu sekalipun tidak akan menemukan perubahan Bagi ketentuan ALLAH itu -Qs. 48 al-fath: 23

Adapun ayat-ayat al-Quran yang dimanipulasi pengertiannya oleh golongan ini salah satunya mengenai ayat :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Pengampun. Qs. 4 an-Nisaa’ :43

Maksud ayat diatas menurut mereka adalah mabuk bukan berarti kita habis minum alkohol atau mabuk berkendaraan , tapi bingung dalam menjalani hidup ini, maksud mengerti apa yang kita ucapkan adalah, sudah mengerti penjabaran surat al-fatihah (karena induk kitab atau rangkuman 113 surat), maksud dalam keadaan junub, bukan berarti kita belum wudhu tapi masih berada dibawah hukum manusia (artinya kita masih kotor atau najis dihadapan Allah), Mandi maksudnya pada saat kita sudah bersih dari kemusyrikan sudah berada dibawah hukum-hukum Allah.

Secara historis latar belakang turunnya ayat dan secara tekstual ayat saja pemahaman yang demikian sudah bertentangan, belum lagi bila disepadankan dengan apa yang seharusnya kita pahami artinya :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sholat dalam keadaan lupa ingatan (mabuk) sampai kamu sadar (mengerti) apa yang kamu katakan … -Qs. 4 an-Nisaa’ 43

Pertama ayat ini konteksnya berbicara mengenai sholat, dan kita dilarang melakukan sholat adalah apabila kondisi kita saat itu sedang dalam keadaan lupa ingatan. Lupa ingatan disini bisa berarti mabuk, bisa berarti gila atau sejenisnya yang intinya kita tidak bisa berpikir dan berbicara secara jelas. Sebab bila pikiran kacau balau bagaikan orang yang sedang mabuk, maka sholat justru dilarang baginya sebab pasti logikanya akan menjadi percuma saja, dia tidak akan mengetahui dan mengerti apa yang dia baca itu, bisa saja justru dia memaki dirinya sendiri atau malah juga memaki Tuhan dalam sholat tersebut.

Makanya Nabi pesan, kalau kita mengantuk padahal belum sholat, ya tidurlah dulu baru sholat, kalau kita lapar, makanlah dulu baru sholat … rujukannya itu ya ini, bukan mengenai system atau keadaan disekitar kita yang carut marut.

Dengan demikian, maka Sholat merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa ditawar atau dielakkan dengan alasan apapun juga, sebab itu merupakan salah satu ibadah yang sudah ditentukan waktunya.

Sesungguhnya, sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar

Qs. 29 al-ankabut : 45

Ritualitas sholat dinyatakan didalam al-Qur’an pada ayat tersebut sebagai suatu sarana atau wadah untuk mengontrol perbuatan negatif yang seringkali mendominasi diri manusia. Dengan terjalinnya komunikasi yang baik dengan Tuhan secara vertikal maka diharapkan secara horisontalpun manusia mampu berbuat baik kepada sesamanya bahkan lebih jauh kepada semua hamba Tuhan diluar dirinya.

Namun fakta dilapangan juga membuktikan bahwa banyak orang Islam yang rajin melakukan sholat namun kelakuan dan sifatnya justru tidak sesuai dengan kehendak Tuhan yang ada pada surah al-Ankabut ayat 45 tadi, betapa banyak orang yang kelihatannya rajin sholat namun tetap bergunjing, melakukan zinah, pelecehan seksual, bahkan bila dia seorang penguasa yang memiliki jabatan akan memanfaatkannya untuk menganiaya orang lain, melakukan penindasan, korupsi bahkan sampai pada pembunuhan dan peperangan. Inilah contoh manusia yang telah lalai dalam sholat mereka.

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang sholat

Yaitu orang-orang yang melalaikan sholatnya

Qs. 107 al-maa’uun : 4-5

Bila sudah seperti ini, maka kita patut memperhatikan firman Allah yang lain :

Luruskan mukamu di setiap sholat

dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan keta’atanmu kepada-Nya – Qs. 7 al-a’raaf 29

Dari ayat tersebut, Allah hendak menyampaikan kepada manusia bahwa sholat itu memerlukan sikap lahir dan batin yang saling berkolerasi atau berhubungan. Meluruskan muka adalah memantapkan seluruh gerakan anggota tubuh dan menyesuaikannya dengan konsentrasi jiwa menghadap sang Maha Pencipta alam semesta. Disaat mulut membaca al-Fatihah, hati harus mengikutinya dengan sebisa mungkin memahami secara luas arti al-Fatihah sementara pikiran berkonsentrasi dengan gerak mulut dan hati, inilah keseimbangan yang di-istilahkan dengan khusuk dalam ayat berikut :

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, Yaitu orang-orang yang khusuk dalam sholatnya – Qs. 23 al-mu’minuun : 1-2

Jadi, khusuk adalah suatu perbuatan yang menyeimbangkan gerak lahir dan batin, sehingga terciptalah suatu konsistensi ketika ia diterapkan dalam kehidupan nyata, sesuai dengan komitmen yang dilafaskan dalam do’a iftitah :

Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam – Qs. 6 Al-An’am:162

Dalam artikel saya berjudul “Bolehkah Belajar Ilmu Ghaib” sudah saya singgung pula bahwa Sholat harus dilakukan dengan konsentrasi ataupun pemusatan pikiran sebagai upaya menjalin komunikasi dengan Allah sang Pencipta. Semakin bagus tingkat konsentrasi yang dilakukan maka akan semakin cepat pula terjadinya komunikasi dua arah antara seorang muslim dengan Tuhannya.

Dengan demikian, melalui ilmu telepati juga kita bisa menjawab kenapa banyak orang yang dalam sholatnya selalu berdoa namun sedikit sekali doanya tersebut yang diterima oleh Allah. Kita tidak sungguh-sungguh berkonsentrasi mengalirkan pikiran kepada-Nya, dalam sholat kita bahkan masih terikat dengan lingkungan, ingat sendal yang hilang, pekerjaan menumpuk dan sebagainya; semua ini menimbulkan banyaknya getaran yang menuju dirinya sendiri dan menghalangi keluarnya getaran pikiran yang seharusnya terpancar keluar menuju Allah.

Jikapun ada yang masih bisa menerobos keluar maka gelombangnya sudah lebih lemah dan tidak memungkinkan sampai pada tujuan.; analogi telepon seluler merupakan permisalan yang sangat mudah untuk dijabarkan dalam hal ini, dimana agar bisa terjadi hubungan komunikasi dua arah maka baik sipenelepon maupun sipenerima harus berada dalam coverage area dimana sinyal-sinyal yang diberikan bisa saling menangkap. Satu saja dari keduanya memiliki pancaran lemah maka hubungan komunikasi bisa dipastikan tidak dapat berjalan lancar.

Akhirnya sholat merupakan ritualitas multi dimensi yang semuanya mengarah kepada sipelakunya sendiri agar mendapat kebaikan, baik dalam hal mengontrol diri ketika masih hidup didunia maupun menjadi amal yang membantu saat penghisaban dihari kiamat kelak.

Lalu siapakah yang lebih baik agamanya selain orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah sedang diapun mengerjakan kebaikan ? – Qs. 4 an-Nisaa’: 125

Sekali lagi, bila ada orang yang menyatakan bahwa saat ini adalah saat dimana hukum-hukum Islam belum perlu diberlakukan termasuk ritual-ritual ibadahnya (sholat, puasa, haji) maka ingkarilah orang dan kelompok ini, mereka akan menyesatkan dari jalan kebenaran.; Dahulu sewaktu jaman kekhalifahan Ali bin Abu Thalib, dunia juga penuh kekacauan, fitnah merajalela, angkaramurka dimana-mana, kemunafikan menyebar disetiap penjuru, pertumpahan darah terjadi oleh orang-orang yang tidak suka tegaknya daulah Islamiah ditangan ahli bait Rasul. Tetapi, Imam Ali, selaku otoritas pemerintahan tertinggi umat Islam, sebagai Amirul Mukminin tidak menyerukan berhentinya sholat, berhentinya puasa, berhentinya berhaji.; Manakala ada sekelompok kaum Khawarij mencemoohnya karena mereka menganggap Imam Ali sebagai orang yang telah berbuat dosa besar dan jatuh pada kekafiran sampai ia bertobat dari dosanya itu karena Imam Ali serta kaum Muslim yang masih bersamanya mau menerima tahkim ( perdamaian dengan musuh-musuh Allah yang berlindung dibalik kedok perdamaian seperti dalam kasus perang dengan Muawiyah ), cemoohoan itu dilakukan secara demonstratif, mereka mengganggu Imam Ali pada saat beliau mengucapkan pidato dengan meneriakkan semboyan ” La Hukma Illa Lillah ” ( Tiada hukum kecuali bagi Allah ). Dengan teriakan itu mereka ingin menunjukkan bahwa hanya putusan Allah yang perlu ditaati, bukannya putusan kedua penengah dalam tahkim. ; Sejarah kemudian mencatat najwa kaum Khawarij tidak mau tunduk kepada pemerintahan manapun, baik yang dipimpin Ali maupun Muawiyah yang sama-sama mereka anggap kafir.

Berikut tanggapan Imam Ali kepada semboyan mereka :

Sungguh itu adalah kalimat haqq, namun dimaksudkan untuk sesuatu yang batil !
Memang benar, ” La Hukma Illa Lillah ” ( Tiada hukum kecuali bagi Allah ).
Namun orang-orang itu bermaksud mengatakan : Tiada kepemimpinan kecuali bagi Allah.

Padahal masyarakat harus punya seorang pemimpin, apakah ia seorang yang baik ataupun yang jahat.
Dibawah kepemimpinannya seorang Mukmin melaksanakan tugasnya dan seorang kafir menikmati hidupnya sementara Allah Swt mencukupkan ajal segala sesuatu.

Penghasilan uang negara dikumpulkan, musuh-musuh diperangi, jalan-jalan diamankan dan hak si lemah diambil kembali dari si kuat, sehingga orang yang baik akan hidup tentram dan yang jahat dapat dicegah kejahatannya.

( Diambil dari sub-bab : Ucapan Imam Ali R.a ketika mendengar teriakan-teriakan Kaum Khawarij : La Hukma Illa Lillah, Halaman 83, Mutiara Nahjul Balaghah
Wacana dan surat-surat Imam Ali R.a, dengan pengantar Muhammad Abduh, Terbitan Mizan Cetakan VII Mei 1999 ).

Gerakan kaum Khawarij dan semboyan yang mereka dengungkan pada masa khilafah Imam Ali bin Abu Thalib r.a itu, saat ini secara perlahan dan sembunyi-sembunyi kembali muncul dengan wajah baru dan dikenal dengan gerakan al-Qiyadah al-Islamiah, mereka menolak pemerintahan yang ada dengan dalih bahwa pemerintahan ini merupakan pemerintahan yang musryk dan kafir sebab tidak menjalankan hukum-hukum Allah secara kaffah, mengabdi kepada mereka adalah mengabdi kepada syetan, mereka menggembor-gemborkan untuk meninggalkan kepemimpinan manusia dan kembali kepada kepemimpinan Allah ( melalui diri mereka yang mereka anggap sebagai utusan Tuhan kepada bangsa ini, merekalah Rasul maupun al-Mahdi yang dibangkitkan alias al-Masih al-Mau’ud ).

Saya menyebut gerakan ini adalah neo khawarij, dan jika sejarah kembali terulang, maka selain neo khawarij tentu akan ada neo umayyah sebagai lambang orang-orang yang haus kekuasaan, orang-orang yang menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan mereka sebagaimana ini dahulu pernah dilakukan oleh dinasti Muawiyah.; Dan menyikapi ini semua, maka saya akan berada pada posisi Ahli Bait Rasul, posisinya Imam Ali dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan segala konsekwensi dan kebijakan serta cara pandangnya.

Pada halaman 84 dibuku yang sama, masih mengenai kaum Khawarij ini, Imam Ali berkata :

Jangan kalian membunuh kaum khawarij sepeninggalku, sebab tidaklah sama antara orang-orang yang mencari kebenaran lalu terluput darinya dengan orang-orang yang mencari kebatilan lalu memperolehnya.

Artinya menurut sang Imam, walaupun kaum Khawarij telah sesat dengan mengkafirkan dan memeranginya, namun kesesatan mereka bersumber pada suatu keyakinan yang tertanam kuat dalam hati mereka, sedemikian sehingga mereka menganggap pembangkangan terhadap kekuasaan beliau sebagai suatu kewajiban agama.; Dengan demikian, mereka itu sebenarnya mencari kebenaran kendati akhirnya terlempar darinya. Mereka bisa ditumpas apabila telah menimbulkan perbuatan buruk, merusak, membunuh serta hal-hal lain diluar syarit yang ada didalam Islam sebagaimana inipun akhirnya ditempuh oleh Imam Ali bin Abu Thalib.

Saya ingat, dahulu tepatnya tanggal 18 Maret 2006 lalu, Sahmuddin yang sekarang saya berani mengindikasikan sebagai bagian dari jemaah al-Qiyadah al-Islamiah/Qur’an suci atau juga al-Masih al-Mau’ud pernah mengajukan pertanyaan di Milis Myquran@googlegroups.com, isi pertanyaannya waktu itu begini :

Siapa yang layak menjadi pemimpin manusia? Siapa yang layak menjadi presiden manusia? Siapa yang layak jadi Raja manusia? Sipa yang layak jadi gubernur? Siapa yang layak jadi Bupati, Siapa yang layak jadi lurah? Siapa yang layak jadi camat? Siapa yang layak jadi, menteri? Siapa yang layak jadi jendral? Dan lain-lain. Siapa yang layak jadi sembahan manusia? Siapa Tuhan (pemimpin) saudari? Siapa Raja saudari? Siapa sembahan Saudari? Hati-hati ketika menjawabnya. Mohon dijawab sekiranya saudari bisa menjawabnya.

Dan jawaban saya waktu itu, kurang lebih sama seperti jawaban Imam Ali :

Apa yang anda katakan diatas benar … tetapi fakta bahwa secara geografis hidup manusia ini berada dalam ruang lingkup kewilayahan yang berbeda satu dengan lainnya, dan manusia tidak bisa hidup bebas suka-suka tanpa ada aturan main dalam berkehidupan … benar Allah adalah pemimpin kita, presiden kita … tetapi secara realita … perlu dibentuk sebuah sistem dengan kepemimpinan tertentu diantara sesama manusia itu sendiri … inilah yang diajarkan dalam Sholat, ada Imam dan ada makmum. Perlu ada aturan yang mengatur agar masing-masing orang yang hidup dan tinggal dalam komunitas berbeda-beda itu bisa saling hormat-menghormati, menebarkan damai dan asas manfaat lainnya.

Karenanya ya saya katakan kitapun tidak salah memilih presiden manusia, camat manusia, menteri manusia … mereka bagian dari ulil amri yang dipercaya untuk mengatur urusan umat (baik secara individu dan sentimen keagamaan atapun secara massal lintas agama dan budaya).

Memang pemerintahan kita belum sepenuhnya bisa mengaplikasikan hukum-hukum ilahiah secara kaffah, tetapi marilah kita duduk bersama membenahi pemerintahan tersebut secara bertahap, tidak mudah untuk merubah sesuatu yang sudah mapan, namun paling tidak kita sudah bisa sedikit berbangga dengan mulai dimasukkannya beberapa syariat Islam didalam hukum-hukum kenegaraan di Indonesia, misalnya mulai dari hukum perkawinan Islam kedalam UU perkawinan negara yang meskipun sempat menuai pro dan kontra pada masa lalu tetapi toh berhasil di-gol kan, atau dengan diakuinya serta dibebaskannya pemberlakuan hukum-hukum Islam untuk wilayah NAD, begitupula rancangan anti porno aksi dan pornografi yang cepat atau lambat segera pula disyahkan ditengah gelombang pro dan kontranya dan sebagainya.

Dalam merubah paradigma serta tabiat jahat bin jahiliah dari manusia, pasti diperlukan waktu yang tidak singkat, even seorang Rasul sekelas Nabi Muhammad pun membutuhkan rentang waktu 20 tahunan lebih ditambah oleh tahun-tahun kepemimpinan dimasa Umar bin Khatab untuk membentuk sebuah masyarakat yang madani sesuai peraturan ilahiah. Dan kita, mungkin perlu dua kali atau tiga kalinya dari masa-masa tersebut.

Saya hanya menyeru, mari kita contoh pula bagaimana sikap Imam Hasan bin Ali cucunda Rasul yang bersedia berdamai dengan pihak kufar Muawiyah bin Abu Sofyan yang haus kekuasaan selama keselamatan dan hak-hak kaum Muslimin terjaga meski masih dalam batas-batas tertentu. Akan ada saatnya kelak kita mencontoh sikap Imam Husien bin Ali yang juga cucunda Rasul ketika mengangkat senjata untuk memerangi kemungkaran Yazid bin Muawiyah meski tubuh harus berkalang tanah.

Tetapi selama kita masih bisa menggunakan jalan-jalan damai, cara-cara yang arif untuk menyelesaikan permasalahan bangsa, maka mari kita tempuh cara itu, demi menghindari jatuhnya korban dari anak-anak, wanita dan orang-orang kecil seperti sikap Imam Ali dan puteranya Hasan.

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal -Qs. 49 al-Hujuraat :13

Bagi anda yang merasa pemahamannya berbeda dengan saya dalam hal ini, silahkan mengkritisi apa yang saya sampaikan ini, saya siap berdiskusi dengan siapapun anda sebagai pembelajaran juga bagi para sahabat yang lain agar semakin terbuka dan jelas mana yang benar dan mana yang salah atau disalah pahamkan.

Wassalamu’alaykum Wr. Wb.,
Salamun ‘ala manittaba al Huda

ARMANSYAH
http://armansyah.swaramuslim.net
https://arsiparmansyah.wordpress.com
http://rekonstruksisejarahisaalmasih.wordpress.com
http://groups.google.com/group/Milis_Iqra/topics

Catatan : Posting ini boleh diteruskan kemana saja selama itu bermanfaat bagi kemaslahatan umat Islam dan pencerahan kepada semua orang yang membutuhkannya dengan tetap menyertakan sumber pengambilannya dengan lengkap agar siapapun yang ingin secara langsung mendiskusikan ataupun melakukan sanggahan-sanggahan dapat menghubungi penulis secara langsung dan tidak membuatnya bingung yang bisa jadi menghalangi semangat pembelajarannya terhadap kebenaran yang sudah sampai.

Copyright hanya ada pada ALLAH, sumber semua kebenaran

Isi dari tulisan ini juga bisa dijumpai pada buku saya, “Jejak Nabi Palsu”.